Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

sinopsis bread, love, and dreams episode 8

Seluruh keluarga berkumpul diruang tengah bersama Ma Jun dan Tak Goo. Ujian akan segera dimulai.



Sementara itu disebuah gudang, presdir mendatangi bos gangster. “Kau tau anakku?tanya Presdir. “Kim Tak Goo” jawab bos. Presdir terkejut dengan jawabannya. “Dimana dia sekarang? tanya presdir. "Selama 6 minggu aku bagai dineraka, lihat lukaku ini” kata bos preman sambil menunjuk lukanya. “Katakan berapa biayanya, aku akan memberikan kompensasi yang kau inginkan” kata presdir. “potong salah satu kakimu atau beri aku kaki, apa kau bisa memberikannya?”kata bos preman. Presdir melihat preman itu dengan tajam menahan marah. “Aku akan berikan segalanya, katakan padaku dimana dia”teriak presdir. Semua kaget dengan teriakan presdir. Tiba-tiba pintu terbuka, segerombolan masuk dan siap menyerang.




Kembali ke rumah kakek. “Apa yang kakek perintahkan untuk kami lakukan?” tanya Tak Goo. “Aku mengatakan padamu untuk mengikuti tes. Tak Goo tertawa,,”Kakek” bentak Tak Goo. “berani-beraninya kau membentak didepan gurumu” kata ayah Mi Sun. “Aku ke sini untuk mencari orang yang ingin aku temui, setelah itu aku akan pergi” kata Tak Goo. “hanya ada 2 cara untuk masuk rumah ini, kau membeli roti atau belajar membuat roti, mana yang kau pilih?tanya kakek. “Membuat roti” jawab Tak Goo. “Untuk dapat belajar membuat roti di sini, kau harus melewati tes terlebih dahulu.” Kata kakek. Tak Goo akhirnya menurut.




Mi Sun mengambil adonan yang akan digunakan tes. Setiap peserta tes diharuskan mencocokan adonan yang dengan kue yang telah jadi. Ma Jun memulai dengan mencicipi satu demi satu adonan, sedangkan Tak Goo hanya melihat adonan dan tidak melakukan apapun.






Manager Han berlari ke rumah sakit. “presdir apa kau tidak apa-apa? Aku dengar kau terlibat perkelahian, bagaimana kau bisa datang ketempat berbahaya seperti itu” kata manager Han. Presdir terdiam sejenak kemudian menjawab bahwa dia mencari Tak Goo. “seharusnya anda memberitahuku dari awal, aku akan mencari Tak Goo”. “jika aku memberitahumu apa kau akan menemukan Tak Goo dengan tulus” kata presdir. “Apa presdir meragukan ketulusanku, selama 30 tahun ini aku selalu melakukan apapun sesuai perintahmu” ucap manager Han. mereka saling menatap, predir kemudian pergi.




Manager Han pergi ke sebuah gudang. Dan menemui seseorang yang telah babak belur. Ternyata orang itu adalah bos preman yang ditemui presdir. “Aku tidak menyangka kalu anak itu sangat terkenal, apa yang kau ingin berikan padaku, jika orang tadi akan memberikan kakinya, lalu bagaimana denganmu, apa kau akan memberiku gedung” kata preman itu santai. Preman itu dipukul lagi hingga ia mngeluarkan darah dimulutnya. “aku tidak akan bernegosiasi dengan orang sepertimu, dan aku tidak akan mengasihimu, jangan buang waktumu beritahu aku dimana Kim Tak Goo” kata manager Han sambil memegang wajah preman itu. Mereka saling menatap.




Setelah menutup tokonya, ibu Mi Sun Masuk rumah untuk melihat tes yang dilakukan kakek. “Apa yang telah terjadi?”tanya ibu Mi Sun. “anak itu sangat aneh, dia belum mencicipi adonan itu, yang dia lakukan hanya menciuminya.”kata Jae Bok.



Waktunya memberikan jawaban, Mi Sun bertugas mengumpulkan jawaban mereka. Ma Jun telah memberikan jawabannya namun tidak dengan Tak Goo, dia masih saja menciumi adonan itu. “Hei apa yang kau lakukan, jika kau tidak menuliskan jawabanmu dalam 5 detik kau akan kehilangan kesempatanmu” kata Mi Sun. “Baiklah aku akan menuliskannya” kata Tak Goo kesal.. Mi Sun komat kamit gak jelas sambil ngeliatin Tak Goo.




Setelah Mi sun mengambil jawaban Tak Goo, ia lalu memberikannya pada kakek (kakek itu biasanya di panggil mister palbong). Kakek mengecek jawaban mereka satu persatu dengan seksama. “Siapa yang menulis nomor 4? Tanya kakek. “Saya” jawab Ma Jun. “Coba jelaskan” pinta kakek. “roti ini memiliki aroma yang masam, tetapi untuk yang selanjutnya jauh lebih lembut dan memiliki rasa yang sangat kuat, ini bau seperti adonan yang telah dibiarkan selama 50 jam, itu sebabnya aku memilih nomor 4” kata Ma jun percaya diri. Semua keluarga Hong tersenyum bangga.





Pandangan kemudian mengarah ke arah Tak Goo. “Bagaimana dengan nomor 5? Tanya kakek. “Aku tidak menulis angka 5” jawab Tak Goo. “Apa maksudmu? kau menulis angka 5” kata kakek sambil melihatkan jawaban Tak Goo. “Maksudku bukan nomor 5, namun jawabanku adalah kelima adonan ini” jawab Tak Goo. Semua orang yang mendengar jawaban Tak Goo mulai berpikir.




“Bagaimana jawabanmu bisa kelima adonan?” Tanya kakek. “Aku tidak yakin, namun semua adonan ini memiliki bau yang sama, setiap adonan memiliki tingkat keasinan dan kemanisan yang berbeda tetapi dasar semua adonan tidak jauh beda dengan roti, benarkan?” jawab Tak Goo. Semua orang tertegun dengan jawaban Tak Goo.






Tiba-tiba kakek tertawa. “Jawaban dari pertanyaan ini adalah adonan nomor 4” kata kakek. Ma Jun tertawa tipis. “itu jawabanmu kan Tae Jo? Tanya kakek. “ya guru” jawab Tae Jo. “Kebanyakkan orang memilih nomor 3 karena memiliki kemiripan yang sama tetapi kau mengetahuinya setelah merasakannya. Selama 5 tahun ini, kau orang keempat yang menjawab dengan benar. “Lalu apakah kau menerimaku untuk belajar disini? Tanya Ma Jun. “Tentu saja, datanglah lagi besok” kata kakek. Semua orang senang terutama Ny. Yang.




Pandangan kakek kini mengarah ke Tak Goo. “Kau juga, datanglah lagi besok” kata kakek. Semua orang terkejut dengan keputusan kakek. “Namun kau bilang jawabannya dalah nomor 4” seru Tak Goo. “Jawabannya memang nomor 4, tetapi jawabanmu juga tidak salah, sebenarnya semua adonan yang ada dihadapanmu terbuat dari bahan yang sama, alasan mengapa rasanya berbeda adalah karena lama fermentasinya berbeda, kau mengetahuinya tanpa merasakannya namun hanya dengan baunya, kau adalah orang pertama yang melakukan ini sejak ujian ini dimulai” kata kakek.




Lalu aku ini lulus atau tidak? Tanya Tak Goo. “Kau lulus” jawab kakek. Semua orang terkejut dengan keputusan kakek tak terkecuali Ma Jun. Sementara itu Tak Goo sangat senang.




Ujian selesai, kakek bergegas bangun dan pergi ke kamar, “aku belum menanyakan namamu sejak kemarin, siapa namamu? Tanya kakek. “Namaku Kim Tak Goo” kata Tak Goo dengan semangat. Betapa terkejutnya Ma Jun mendengar hal itu.






Kakek pergi ke kamar diikuti oleh tuan Yang, Gap So dan yang lainnya. “Ayah aku mohon pertimbangkan lagi” kata tuan Yang. Ny. Yang pun tutut memohon. “ratusan kandidat yang bertalenta ingin masuk bakery kita, tetapi ayah menolak mereka semua dan sekarang malah menerima orang yang tidak kompeten, aku tidak mengerti ayah” kata Tuan Yang. “Kapan aku memilih seseorang hanya dengan basic dan skill? Kau In Mok (nama tuan Yang) bagaimana denganmu ketika pertama kali bertemu? Kau Gap Soo, Jin Go, dan kau juga Jae Bok. Jika kalian memahamiku tinggalkanlah aku” kata kakek.




Tuan Yang berpikir sejenak. “Tetapi ayah bagaimana dengan Jin Go? Tanya Tuan Yang. “jika takdir mempertemukan mereka, kita tidak dapat menghindarinya. Bukankah begitu Jin Goo? Kata kakek. Tuang Yang terlihat cemas.




Mi Sun mengantar Ma Jun dan Tak Goo ke kamarnya. Dan menjelaskan semuanya, mulai dari kamar mandi hingga jam berapa mereka harus bangun. “Dimana kalau mau makan? Tanya Tak Goo. “Di restaurant bawah, waktu makan sangat fleksibel sesuai dengan jadwal bekerja” jawab Mi Sun tanpa melihat ke arah Tak Goo namun mengarah pada Ma Jun. “akankah baju kita dicuci?tanya Tak Goo lagi. “Ruang laundry ada di sebelah restoran jadi kau bisa menaruh bajumu disana” jawab Mi Sun.




“Hei kau, aku yang bertanya tetapi mengapa kau malah melihat ke arahnya” Tanya Tak Goo sambil menunjuk Ma Jun. Mi Sun tidak memperhatikan protes Ma Jun, dia tetap cuek. “kita bekerja mulai jam 3 pagi, jangan sampai terlambat karena ayahku itu sangat teliti. Guru Pal Bong adalah ayah ibuku, dan aku adalah anak perempuan dirumah ini, namaku Yang Mi Sun” kata Mi Sun tegas. “Hah apa katamu?namamu Mi Sun, apakah kau berpikir namamu itu cocok dengan wajahmu?kata Tak Goo tak sopan. Mi Sun masih bersabar dan tidak mempedulikan Tak Goo. “Bagaimana kalau namamu diganti Yang Fallen Soybeans? kata Tak Goo tanpa dosa. Mi Sun hilang kesabaran dia menendang kaki Tak Goo dan pergi.




Ma Jun dan Tak Goo masuk ke kamar mereka. “Apakah kau benar-benar dari jepang?apakah perempuan-perempuan disana hanya menggunakan kimononya disepanjang jalan?kau juga pasti menggunakan pesawatkan?kau pasti bisa melihat awan dengan jelas, awan itu lembut bagai katun bukan”. Tiba-tiba Ma Jun membanting pintu lemarinya, Tak Goo kaget dan menghentikan ocehannya.






“Wanita korea tidak hanya menggunakan Hanbok, dan bagimana bisa awan bisa lembut seperti katun, tidakkah kau memperlajarinya di SD, awan itu gumpalan embun, tidakkah kau sekolah?” seru Ma Jun. “Haa, aku tidak sekolah, aku di DO saat SD, sebenarnya ada seseorang yang akan aku temukan, ibuku hilang, tempat di Korea sudah ku kunjungi selama 12 tahun namun aku belum menemukkannya.” Jelas Tak Goo. Mendengar hal itu Ma Jun mengepalkan tangannya.





“Ada beberapa peraturan untukmu agar kita tetap bisa berbagi diruangan ini, pertama jangan memulai percakapan semaumu, kedua jangan berpura-pura ramah, dan yang ketiga aku tidak suka kau membicarakan tentang kehidupanmu jadi kau jangan banyak omong” kata Ma Jun pada Tak Goo. Kemudian meninggalkan Tak Goo




“Hei Tae Jo, jangan anggap aku ini kompetitormu, aku kesini hanya untuk bertemu seseorang, setelah aku menemuinya aku akan pergi segera, jadi jangan khawatir” kata Tak Goo. Ma Jun kemudian pergi.





Ma Jun pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya, dia teringat ketika kecil, manager Han mengatakan bahwa ia mengirim Tak Goo ke suatu tempat, dan dia tidak akan pernah kembali mengganggu kehidupan Ma Jun lagi. “Lalu mengapa dia kembali lagi, dasar pengemis” teriak Ma Jun sambil memukulkan tangannya ke kaca. Sementara itu Tak Goo menikmati malamnya ditempat tidur. Di lain pihak terdapat mata-mata suruhan manager Han yang mengawasi toko Pal Bong.




Di lain pihak Ny. Seo masih memikirkan adanya nama Tak Goo di kartu keluarga mereka. Ny. Seo berpikir sejenak kemudian menelepon pengacara.





Pagi hari pun tiba.”Buat barisan” perintah Tuan Yang. Mereka semua berbaris dengan rapi kecuali Tak Goo yang tidak menggunakan pakaian seragam. Tuan Yang membagikan tugas ke semuanya kecuali Tak Goo. “Di sini bukan tempatmu” kata Tuan Yang. Tak Goo heran mendengar hal itu.




Di tempat penyimpanan tepung tuan Yang menyuruh Tak Goo untuk memindahkan 32 sak tepung ke lantai bawah. Tak Goo sempat mengomel dalam hati. Namun ia tetap menjalankan perintah tuan Yang.





Tak Goo melakukan pekerjaannya hingga menjelang siang. Tak Goo senang karena pekerjaannya selesai. “Kerjaanku bagus kan?kata Tak Goo sambil menyenderkan badannya ke tumpukan tepung. “Sekarang bawa kembali tepung-tepung itu ke tempat semula” perintah Tuan Yang. Tak Goo kaget setengah mati.






Tuan Yang meninggalkan Tak Goo, kemudian Tak Goo mengikutinya, ditengah jalan Mi Sun menghadang. “Ada dua cara untuk meninggalkan rumah ini, cara petama adalah buat keributan di bakery dan kau akan ditendang keluar, cara kedua menyerahlah dan pergi dari sini,maka pilihlah satu cara”seru Mi sun. “Siapa bilang aku menyerah, aku tak akan menyerah sebelum aku menemukan laki-laki itu”kata Tak Goo. “benarkah, kalau begitu tetaplah mengangkat tepung-tepung itu” sindir Mi Sun. “Dasar kau Fallen Soybeans” teriak Tak Goo.





Tak Goo melampiaskan kemarahannya dengan memukul-mukul tepung yang tadi diangkatnya, sedangkan dari kejauhan ada seseorang yang mengambil gambarnya.




Ternyata Hasil gambar Tak Goo diberikan pada manager Han. Apakah ini benar Kim Tak Goo?bagaimana bisa dia ada dirumah itu? Tanya manager Han. Tiba-tiba ponsel manager Han berdering kemudian menyuruh anak buahnya untuk membereskannya.




Manager Han pergi ke ruang presdir. “mobil sudah siap presir” kata Manager Han. Namun presdir tidak menanggapinya. Ia tersadar setelah manager Han memanggilnya dua kali. “Mengapa tiba-tiba ingin ke Incheon?tanya Manager Han. “Aku ingin mengunjungi guruku disana” jawab presdir. Manager Han sedikit terkejut dengan jawaban presdir, itu berarti dia akan bertemu Tak Goo.





Waktu perjodohan Ja Kyung tiba. Namun Ja Kyung terlambat datang akhirnya Ny.Seo mencari akal agar mereka tidak bosan. Ny Seo menceritakan semua kehebatan Ja Kyung pada calon besannya. Namun tanggapan besannya tidak terlalu baik, ia mengatakan walaupun demikian Ja Kyung hanyalah seorang wanita. Akhirnya Ja Kyung tiba dan memberi salam. “Ja Kyung bekerja karena dia ingin menambah pengalaman, dia akan berhenti setalah menikah” kata Ny. Seo. Aku dengar keuangan perusahaan kalian sedang tidak baik, tetapi kau malah memperkejakan anak perempuanmu juga?, apa ini tak terdengar memalukan” kata wanita itu. “aku tidak tahu bagaimana yang kau dengar tentang masalah ini, yang jelas perusahaan memperkerjakan anak perempuan bukan karena situasi keuangannya, tetapi karena aku ingin bekerja dan ingin belajar” kata Ja Kyung. “Ja Kyung aku dengar kau pintar, tetapi kau tidak seharusnya berbicara seperti itu kepada orang yang lebih tua” kata wanita itu. “Maafkan aku bila aku seperti menantangmu” seru Ja Kyung.





“Katakanlah sesuatu yang hanya perlu dikatakan” kata Ny. Seo pada Ja Kyung. Pandangannya kemudian beralih pada wanita itu. “Masalah keuangan perusahaan adalah masalah biasa dalam bisnis, Geo Seong sudah ada sejak 30 tahun kami pernah mengalami ini namun kami bisa melaluinya, orang kaya baru seperti kau tidak akan mengerti” kata Ny. Seo. “Ny. Seo” teriak wanita itu. “aku merancang petemuan ini karena aku menganggap kau memiliki kepribadian dan karakter yang baik, ternyata aku salah”. Ny. Seo kemudian meninggalkan ruangan bersama Ja Kyung.





“Ibu tunggu aku” teriak Ja Kyung. “Berhenti dari perusahaan secepat mungkin, oh kau ini. Mengapa kau dan ayahmu membuat aku stress” seru Ny. Seo. “Ibu kau yang memulai dan kau yang mengakhiri, hentikan semua ini. Sebenarnya aku tidak ingin datang, karena aku cemas dengan reputasimu itu sebabnya aku datang” kata Ja Kyung. “Diam kau, aku tidak menyukai semua yang kau lakukan, aku tidak menyukaimu, ayahmu juga. Aku tidak suka dengan keluarga ini” kata Ny. Seo kemudian meninggalkan Ja Kyung.





Ny. Seo kemudian pulang dan langsung menelepon pengacara Park. “Bagaimana apa kau sudah tahu apa yang aku tanyakan” Tanya Ny. Seo. Bayar mereka semua berapapun harganya.




Tak Goo mulai membawa kembali tepung-tepung itu ke tempat semula.Di ruang pembuatan kue Tak Goo terjatuh kemudian tuan Yang datang. “Bagaimana bisa kau kerja disini bila kau lemah, kau tidak akan bisa membuat kue sepanjang hari” kata tuan Yang. Tak Goo menganggkat tepung itu lagi dan membawanya ke tempat semula. “Kata siapa aku lemah, aku baik-baik saja” kata Tak Goo. Tak Goo kemudian memperagakan tariannya pada tuan Yang. (baca sebelumnya) Setelah Tak Goo pergi Tuan Yang tersenyum namun staffnya melihatnya, ia pun menetralkan wajahnya.






Di luar rumah Tak Goo jatuh lagi, tiba-tiba Jin Go memberinya minum. “Aku juga melakukan hal ini ketika aku datang bahkan lebih banyak darimu, kita memang harus bekerja keras” kata Jin Go. “ini bukanlah seberapa, aku telah merasakan hal yang lebih sulit dari ini, ketika aku berpikir untuk menemukan ibuku dan menemukan pria bertato itu tenagaku langsung penuh, orang itu bukan kau kan? Aku akan terus mencarinya. Itulah sebabnya kau memberiku minum ini” kata Tak Goo. Sementara itu Jin Goo hanya terdiam.






Tiba-tiba segerombolan orang datang dan mencari Tak Goo, namun Mi Sun tetap diam. Akhirnya orang-orang itu menghancurkan toko roti. Sementara itu Tuan Yang mendapat telepon kalau ada tamu. Orang-orang suruhan manager Han makin menjadi-jadi bahkan akan memukul Mi Sun, Tak Goo kemudian datang. Akhirnya perkelahian tak terhindarkan. Kemudian Ma Jun dan Jae Bok datang, mereka hanya bisa menonton sementara itu Mi Sun panik karena Tak Goo melawan banyak orang, ia menyuruh Jae Bok memanggil ayahnya. Dari luar Jin Go mendengar keributan.




Sementara itu di rumah, Tuan Yang menyambut kedatangan Presdir. “Sudah lama tak bertemu, ada keperluan apa sehingga membawamu kemari?” Tanya tuan Yang. “Aku ingin bertemu guru” jawab presdir. Kemudian kakek datang dan menemui presdir, Ny. Yang dan guru telihat senang namun tidak dengan tuan Yang.



Kedatangan presdir bertujuan untuk mengundang guru dan keluarga untuk menghadiri pesta ulangtahun perusahaan yang ke 30. Ny. Yang senang dengan undangan itu, namun tidak dengan tuan Yang. Ia Pamit, namun tiba-tiba Jae Bok datang dan mengabarkan ada gangster yang merusak toko semua orang terkejut.





Tak Goo masih berusaha untuk melawan para gangster, namun sayang dia kalah, Jin Goo datang dan menolongnya. Ketika Tak Goo ingin dipukul dari belakang Jin Goo memegang tangan laki-laki itu dan tanpa sengaja lengan bajunya tersingkap, tato kincir anginnya telihat Tak Goo, Tak Goo sangat shock melihatnya, begitu pula Jin Go yang menyadari tatonya telah dilihat Tak Goo. Mereka saling pandang dan tanpa mereka sadari para gangster memukul mereka. Tak Goo jatuh lemas.





Tuan Yang datang, “Apa yang kalian lakukan disini, membuat kekacauan di tokoku” teriak tuan Yang. Akhirnya mereka semua melawan tuan Yang dan tuan yang berhasil melempar mereka keluar kecuali bosnya. “serahkan Tak Goo” kata pria itu. “Jin Go bawa Tak Goo ke atas” namun Jin Goo hanya diam dan memandangi Tak Goo. “Apa yang kau lakukan, sudah ku bilang bawa dia pergi”teriak tuan Yang. Akhirnya Jin Goo membopong Tak Goo yang masih shock. Tuan Yang lalu menghajar pria itu dan melemparnya keluar.






Sementara itu presdir masih asik ngobrol dengan kakek, manager Han mengingatkan adanya rapat, namun presdir mengatakan untuk menunggu atau membatalkannya. “kau tak perlu seperti itu, pergilah, aku tahu undangan ini hanyalah alasan, sebenarnya kau datang kesini karena kau merasa tidak tenang kan? tanya kakek. “aku tidak bisa membantu, namun sebagai gurumu aku hanya bisa mengatakan, istirahatlah dari kerjamu Il Jung” kata kakek. “Lihatlah langit dan gunung, dan juga orang disekelilingmu, segalanya baik tentangmu namun kau hanya melihat terus kedepan, itulah yang membuatmu tidak bahagia. “Tidak ada lagi yang akan ku katakan guru” kata presdir, kakek tertawa.




Sementara itu para gangster telah diamankan, tuan Yang membuat laporan tentang keonaran yang mereka lakukan.





Semua orang berkumpul di toko dan melihat kerusakan toko, “Ini semua gara-gara Tak Goo, bukankah mereka mencari Tak Goo” kata Gap Soo. “Ya tuhan mengapa bisa seperti ini, kita telah rugi banyak yeobo” tangis Ny. Yang. “Sayang, apakah kita masih tetap mempertimbangkan dia?tanya Ny. Yang. Gap Soo pun meminta tuan Yang mengeluarkan Tak Goo. Tuan Yang berpikir kemudian menyuruh Mi Sun untuk membawakan Tak Goo dan Jin Goo es untuk mengompres luka mereka.





Tak Goo masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat, “Aku tak percaya bertemu denganmu, tiap hari yang aku pikirkan adalah bagaimana aku menemukanmu dan memukulmu hingga mati. Dimana ibuku sekarang, dia masih hidup dan baik-baik saja kan? Tanya Tak Goo. Jin Go tak menjawab sepatah katapun. “Katakanlah padaku dia masih hidup dan baik-baik saja kan?”Tanya Tak Goo lagi. Jin Go kemudian berlutut dihadapan Tak Goo. “Maafkan aku” tangis Jin Go. “Jangan minta maaf padaku, katakan bahwa ibuku baik-baik saja”kata Tak Goo. “Aku tidak tahu disana ada jurang, kalau saja aku lebih cepat” kata Jin Go menangis.





“Tidak ibuku masih hidup dan baik baik saja, katakan itu padaku” teriak Tak Goo sambil menangis. “Jika kau membunuhku, aku tidak akan membencimu, maafkan aku” kata Jin Goo. Tak Goo lemas, tangisnya menjadi-jadi. Dia menangis dan berteriak-teriak. Sementara itu Mi Sun melihatnya dan keluarga Yang serta presdir mendengar tangisan Tak Goo dari bawah.





Ketika Ma Jun ingin membuang sampah, ia berpapasan dengan presdir dan Manager Han. Betapa terkejutnya mereka, mereka saling pandang beberapa saat.





Gap Soo datang dan menyuruh Ma Jun membuang bawaannya. “Il jung kau belum pulang? Tanya Gap Soo, namun pandangan presdir masih ke Ma Jun. “Siapa anak itu?tanya presdir. “Owh dia pegawai baru, dia baru datang dari Jepang kemarin, di mempunyai skill yang baik” kata Gap Soo




Usai Jin Goo mengatakan semuanya pada Tak Goo. Dia berdiam diri dikamarnya sambil melihat foto adiknya.




Sementara itu Tak Goo juga hanya terdiam. Kakek datang “apa yang kau lakukan? Aku dengar kau tidak makan seharian” Tanya kakek. Tak Goo hanya terdiam. “ikuti aku” kata kakek.





Kakek membawa Tak Goo ke tempat pembuatan roti. kemudian kakek membuat roti. “Apa yang kau lakukan? Tanya Tak Goo. ‘Mambuat roti” kata kakek. Tak Goo kemudian melihat kakek membuat roti. “Bagaimana yang seharusnya aku lakukan sekarang, selama ini aku hanya mencari ibuku” Tanya Tak Goo. “Kau harus menunggu, hingga kau menjadi pembuat roti yang lezat” jawab kakek. “Aku benci roti, ketika aku melihat roti, memori yang buruk akan kembali dan aku teringat orang-orang yang aku benci” kata Tak Goo. “Kalau begitu kau akan hidup menjadi seseorang yang buruk, tinggalkanlah semua itu dan jadilah orang yang baik. Ketika ibumu mengatakan padamu untuk menjadi orang yang baik, itulah yang ia inginkan, janganlah marah dan membenci, kau harus memaafkan. Bukankah itu yang dibutuhkan di dunia ini” kata kakek. “Kakek bagaimana kau tahu? Tanya Tak Goo heran. “12 tahun yang lalu, aku melihat tatapan seorang laki-laki muda yang sangat jujur dan tanpa rasa takut, namun yang ku lihat sekarang kau goyah dan penuh kebencian.




Kakek membawa roti buatannya dihadapan Tak Goo. “Bagaimana kau memperbaiki dirimu dengan membuat roti, rasakan waktu itu ketika kau sangat bahagia karena roti, pikirkanlah hanya tentang kebahagiaan”.





Tak Goo mengingat masa-masa paling bahagianya ketika ia makan roti, pertama adalah waktu ia makan roti bersama ibunya dan kedua saat makan bersama ayahnya . Tak Goo mengingat-ngingat pesan ibunya padanya. Tak Goo menangis. Sementara itu Ma Jun melihatnya.





Ma Jun menemui manager Han di café. “Ini semua tidak terduga, aku tidak pernah bermimpi kau ada ditempat itu” kata manager Han. “Aku juga tidak menyangka bertemu ayah dan manager Han” kata Ma Jun. “Lalu bagaimana bisa kau berpikir untuk belajar membuat roti dari guru ayahmu? Tanya manager Han. Ma Jun tersenyum, “Haruskah aku menceritakan secara detail padamu” kata Ma Jun sinis. Ekspresi manager Han langsung berubah. “Keributan hari ini, ulahmu kan? Tanya Ma Jun. “Ada beberapa kekurangan” jawab manager Han “Usahamu selalu gagal sebelum dimulaikan? Setelah aku bertemu Tak Goo lagi, aku menyadari bahwa takdir lebih kuat daripada yang aku pikir, kau bukan tuhan, bagaimana kau dapat merubah takdir. Mulai sekarang tidak usah menjagaku, jika Tak Goo bebas, aku sendiri yang akan melakukannya. Aku sendiri yang akan menjaga takdir burukku bersamanya, jadi kau tidak usah ikut campur. Ma Jun kemudian meninggalkan manager Han. “Ma Jun” panggil manager Han. “Jangan panggil namaku lagi, aku tidak menggunakannya lagi” jawab Ma Jun. “Datanglah ke pesta ultah perusahaan, ibumu akan senang” kata manager Han.




Akhirnya Ma Jun pergi dan dijalan ia menabrak seorang wanita. Ma Jun membantu wanita itu membereskan bukunya. Dan tak sengaja topi wanita itu tersinggap. “Maafkan aku” kata wanita itu. Saat berjalan beberapa saat Ma jun berhenti dan melihat wanita itu lagi.




Wanita itu menunjungi suatu tempat. “Yu Kyung disini” kata seorang temannya yang ternyata itu Ja Rim.

Readmore »»
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

sinopsis bread, love and dreams episode 7 part 2

Ma Jun menghubungi Manager Han, dia tahu kalau setelah ibunya mengetahui dia tidak ada di Tokyo, ibunya itu akan segera mengadu pada Manager Han. Ma Jun meminta Manager Han untuk tidak mencarinya dan tidak usah panik seperti ibunya karena dia tidak hilang. dia hanya sedang liburan. Ma Jun menutup telepon dan mengepak kopernya, bersiap untuk pergi. Manager Han masih penasaran dan berpikir ke manakah sebenarnya Ma Jun pergi.




Di Pal Bong Bakery
Ma Jun berhadapan dengan Boss Yang, Boss Yang menanyakan keperluan Ma Jun. Dijawab Ma Jun kalau dia ingin bertemu dengan guru Pal Bong karena dia sudah menerima surat balasan dari guru Pal Bong untuk ikut tes di Pal Bong Bakery ketika dia masih ada di Jepang. Boss Yang melihat surat yang ditunjukkan Ma Jun dan bilang kalau guru Pal Bong sedang tidak ada di tempat dan baru kembali besok. Lalu Ma Jun memohon untuk diijinkan menginap satu malam saja di Pal Bong Bakery, Boss Yang memandang Ma Jun dengan heran dan bertanya,"Siapa namamu?". Ma Jun melepas kaca matanya dan dengan cool menjawab "Seo Tae Jo" sambil tersenyum manis.





Sementara itu, Tak Gu masih pingsan dan dirawat oleh Yang Mi Sun. Dalam tidurnya, Tak Gu sayup-sayup mendengar suara ibu yang sangat dirindukannya,"Tak Gu ya.. Tak Gu ya.. cepat bangun!! kenapa kau masih tidur ketika hari sudah terang? lihat apa yang terjadi kalau kau tidak tidur di malam hari? hemm.."




Tak Gu kecil bangun dari tidur dan melihat ibunya sedang menjahit, Tak Gu mengusap-usap matanya seperti tidak percaya kalau yang ada di hadapannya itu ibunya, "Apa kau benar-benar ibuku?" Mi Sun tertawa melihat Tak Gu kecil dan mengira Tak Gu kecil sedang ngelindur. Tak Gu kecil langsung memeluk ibunya dengan erat,"Ke mana kau pergi? Apa kau tahu sudah berapa lama aku mencarimu?" Mi Sun heran dan tanya apakah Tak Gu kecil mimpi. Tak Gu kecil mengangguk, "Ya, aku mengalami mimpi buruk. Aku mimpi kalau ibu diculik oleh pria jahat. Dalam mimpi itu, kita tidak pernah lagi bertemu". Mi Sun sangat kaget mendengar mimpi Tak Gu kecil dan bilang kalau Tak Gu kecil sudah tumbuh tinggi, karena biasanya orang kalau mimpi buruk berarti dia akan tambah tinggi. Tak Gu kecil tidak menanggapi perkataan ibunya dan langsung menyela,"Kau tidak kuijinkan pergi ke manapun mulai sekarang. Mulai sekarang, kau tidak boleh pergi ke manapun. Mengerti?",pinta Tak Gu kecil dengan cemas. Mi Sun mengerti, dia tidak akan meninggalkan Tak Gu dan akan selalu di sampingnya dan minta Tak Gu jangan khawatir. Mi Sun lalu menepuk-nepuk pundak Tak Gu kecil [mimpi selesai].





Kembali ke alam nyata, Tak Gu menangis dalam tidur dan memanggil-manggil ibunya. Yang Mi Sun [mulai sekarang aku sebut Mi Sun J aka Mi Sun junior] yang ada di samping Tak Gu heran melihat Tak Gu menangis dan mengigau, dia lalu mengusap air mata Tak Gu dan akan bangkit ketika, Tak Gu memegang tangannya dan meminta Mi Sun J [yang dikira ibunya] untuk tidak pergi ke manapun. Mi Sun J sangat kaget dan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Tak Gu yang erat. Mi Sun J bilang kalau dia bukan ibu Tak Gu.





Mi Sun J lalu menghempaskan tangan Tak Gu dengan keras dan membuat Tak Gu bangun, pelan-pelan Tak Gu membuka matanya dan shock melihat wanita yang tidak dia kenal ada di sampingnya. Entah kenapa Tak Gu langsung marah-marah dan tanya,"Siapa kau? Di mana ini?". "Ini rumah kami. Aku adalah anak pemilik rumah ini", jawab Mi Sun J.
Mi Sun J menjelaskan pada Tak Gu kejadian tadi malam ketika Tak Gu pingsan dan akhirnya dibawa ke rumahnya, kalau Tak Gu tidak diselamatkan saat itu mungkin saja Tak Gu sudah tidak bernyawa. Tak Gu paham dan mulai melunak [tidak mengeluarkan kata-kata lantang].
Mi Sun J melihat Tak Gu yang tiba-tiba saja terdiam dan dia bertanya,"chogiii... gwenchanasaeyoo? [Apa kau baik-baik saja?]" . Tak Gu menjawab dengan dingin ,"Itu bukan urusanmu. Apakah aku baik atau tidak.. hidup atau mati...Apakah aku dicampakkan atau diterima... Itu bukan urusanmu! Perhatian yang datang dari orang yang baru saja kutemui, sangat-sangat ku tolak!!".





Setelah mengucapkan semua itu, Tak Gu berdiri dan Mi Sun J yang ada di hadapannya jadi malu dan memalingkan muka dari Tak Gu. Tak Gu juga sadar dan sangat kaget ketika melihat dirinya sendiri ternyata hanya memakai celana pendek. Dia langsung cepat-cepat mengambil selimut untuk menutupi dadanya yang terbuka.






Tak Gu jadi marah-marah lagi pada Mi Sun J dan mengira Mi Sun J sudah berbuat yang macam-macam padanya karena dia tidak berpakaian. Mi Sun J yang dituduh sudah berbuat tidak senonoh jadi kesal dan menjelaskan pada Tak Gu kalau bajunya sangat kotor dan sedang dicuci. Tak Gu juga tambah kesal karena bajunya dicuci tanpa seijinnya.




Tak Gu minta Mi Sun J segera mengembalikan bajunya seperti kondisi semula. Mi Sun J kesal juga pada Tak Gu yang tidak tahu terima kasih dan malah marah-marah. Dia sudah habis kesabaran pada Tak Gu dan menendang tulang kering Tak Gu, Tak Gu kesakitan karena tendangan Mi Sun J.






Mi Sun J menyuruh Tak Gu untuk segera keluar dari rumahnya, dia teriak tepat di depan muka Tak Gu dan Mi Sun J keluar dari kamar itu. Tak Gu masih mengelus-elus kakinya yang kesakitan sambil teriak pada Mi Sun J untuk mengembalikan dulu bajunya sebelum dia pergi. Tak Gu keluar kamar mencari Mi Sun J tapi dia bingung ke mana arah pintu keluarnya. Tak Gu hanya mondar-mandir di lorong kamar itu dan kemudian dia mencium aroma roti dan mengikutinya sampai menuju ke jendela dan dia melihat plang, Pal Bong Bakery!




Tak Gu langsung akan lari ke bawah, tapi dia berhenti dan berbalik lagi menuju jendela. Tak Gu sangat shock melihat pria bertato kincir angin dan refleks langsung cepat-cepat lari, tapi dia lupa belum berpakaian dan akhirnya setelah lari-larian di dalam rumah, dia menemukan kaos dan memakainya.




Saat mau keluar, saking terburu-burunya Tak Gu bertabrakan dengan Ma Jun yang mau masuk ke rumah itu, dia sempat melihat muka Ma Jun, tapi Tak Gu tidak mengenali Ma Jun. Sebaliknya, Ma Jun juga tidak mengenali Tak Gu.



Tak Gu seperti orang kalap mencari pria bertato kincir angin itu ke sana ke mari, lalu dia masuk ke dapur Pal Bong Bakery dengan kasar dan membuat semua orang terdiam heran campur kesal.





Tak Gu mengamati satu per satu semua orang, lalu menuju Jae Bok yang berjarak paling dekat dengannya, dengan kasar memegang dan memeriksa lengan Jae Bok, tidak menghiraukan teriakan kesakitan Jae Bok. Lalu dia menghempaskan Jae Bok ke pintu karena bukan Jae Bok yang dia cari. Tak Gu terus bertanya siapa yang punya tato kincir angin. Tak ada jawaban.




Tak Gu menuju ke Jin Gu yang kemudian dihalangi oleh tubuh besar Boss Yang. Boss Yang turun tangan karena dia tidak ingin Tak Gu merusak dapurnya lebih jauh. Hanya dengan satu hempasan Tak Gu langsung terjengkang ke belakang Tak Gu tambah marah dan bertanya lagi "apakah paman pria bertato kincir angin?" Boss Yang tidak menanggapi pertanyaan Tak Gu dan mengusir Tak Gu keluar. Tak Gu berusaha memegang lengan Boss Yang untuk memeriksa, tapi Boss Yang dengan sigap mengelak dan justru dia yang mengunci tangan Tak Gu.
Tak Gu kesal setengah mati,berusaha melepaskan diri dari Boss Yang.
Boss Yang : Orang yang kau cari tidak ada di sini. Cepat pergi sekarang!!
Tak Gu : Aku tahu dia di sini, karena itulah aku kemari. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Pria bertato kincir angin ada di sini. Yang mana dia? Siapa dia?
Paman Gap Soo menoleh was-was ke arah Jin Gu. Jin Gu sendiri kalem-kalem saja. Boss Yang akhirnya melempar Tak Gu ke jalan hingga Tak Gu terjatuh [lagi!]





Tak Gu berusaha masuk lagi ke Pal Bong Bakery, tapi terus dihalangi oleh Boss Yang. Boss Yang hilang kesabaran dan mencengkeram kaos Tak Gu. Boss Yang mengancam Tak Gu, kalau Tak Gu masih saja membuat keributan di tokonya, dia akan memanggil polisi dan mengirim Tak Gu ke penjara. Tak Gu diam, pasrah, dia berlutut di hadapan Boss Yang dan memohon agar diijinkan mencari pria bertato.
Tak Gu : Tolong ijinkan aku masuk, aku mohon padamu. Aku benar-benar perlu mencari orang itu paman. Hanya dengan mencarinya aku bisa menemukan ibuku! 12 tahun… selama 12 tahun, untuk menemukan orang itu. Aku seperti orang gila. Tidak ada tempat yang tidak kucari. Aku sudah melakukan segalanya.Aku sudah berkeliaran seperti anjing. Hanya ada satu orang yang kurindukan. Tolong biarkan aku menemukan pria itu. Hanya dengan menemukan pria itum aku bisa melihat ibuku lagi! Aku tidak bisa menyerah sekarang. Aku benar-benar melihatnya dengan mata kepalaku. Aku tidak bisa pergi begitu saja. Aku tidak akan menimbulkan masalah, aku hanya ingin bertemu dengannya. Aku hanya ingin bertanya padanya di mana ibuku. Jadi.. ijinkan aku bertemu pria ituuuu…
Tak Gu menangis sedih sambil mengguncang-guncang kaki Boss Yang. Boss Yang tersentuh dengan kisah hidup dan air mata Tak Gu, Mi Sun J juga. Tapi Boss Yang kekeuh tidak mengijinkan Tak Gu masuk ke Pal Bong Bakery karena orang yang dicari Tak Gu tidak ada disini. Boss Yang kemudian masuk ke toko dan menutup pintu toko.




Tak Gu menangis tersedu-sedu, hatinya sakit, merasa tak berdaya, namun dia terus berlutut di depan pintu masuk Pal Bong Bakery. Ternyata dari tadi, Jin Gu juga mendengarkan semua kata-kata Tak Gu, dia terdiam di tangga. Boss Yang melihat Jin Gu yang melamun dan menyuruh Jin Gu untuk bekerja kembali. Ketika di dapur, Jin Gu masih berpikir dan terlihat bahwa dia adalah pria bertato yang dicari selama 12 tahun oleh Tak Gu.




Tak Gu benar-benar keras kepala, dia masih saja berlutut di depan PBB dari tadi pagi hingga malam. Mi Sun yang akan menutup toko melihat iba ke arah Tak Gu. Di dalam rumah, Paman Gap Soo dan Jae Bok membicarakan Tak Gu yang masih berlutut di luar. Jin Gu dan Boss Yang diam saja tidak menanggapi tapi Jin Gu menjadi tidak nafsu makan mendengar celotehan mereka berdua dan dia beranjak dari meja.




Sampai larut, Tak Gu masih juga berlutut tanpa pernah bergeser sedikitpun (dia belum makan seharian…) Mi Sun yang sedang belajar di dapur pun terus mengamati Tak Gu. Jin Gu juga melakukan hal yang sama, dia tidak tega melihat Tak Gu seperti itu dan akhirnya dia memutuskan untuk menemui Tak Gu dan mengaku. Tapi, Boss Yang mencegah Jin Gu keluar. Dia menasihati Jin Gu untuk tidak mengaku karena dia bisa saja masuk penjara lagi, padahal dia memiliki adik yang membutuhkan perhatian dan perlu dijaga olehnya. Jin Gu diam, kelihatan bimbang dengan kata-kata Boss Yang.




Pagi hari di rumah keluarga Geo, Ja Rim dan Ja Kyung berbincang dengan Nyonya Seo. Mereka kangen dengan ibunya yang sudah pergi 2 bulan. Saat santai itu kemudian dirusak oleh Nyonya Seo yang menyuruh Ja Kyung segera menikah dengan pria kaya agar keluarga mereka tambah sukses, Nyonya Seo sudah membuat janji blind date untuk Ja Kyung. Ja Kyung kesal dan beranjak pergi.





Ja Rim menanyakan pada ibunya siapa Goo Hyung Jun, karena pihak kampus Ja Rim memberitahunya kalau dia memiliki dua saudara laki-laki. Nyonya Seo heran, Ja Rim lalu menyerahkan selembar kertas, seperti kartu keluarga. Nyonya Seo memeriksa dan di kertas itu tertera nama Goo Hyung Jun sebagai anggota keluarga Geo Sung.




Nyonya Seo mendatangi suaminya yang sedang berada di ruang kerja. Dia marah dan tidak percaya kalau presiden mencantumkan Tak Gu dengan nama Goo Hyung Jun sebagai bagian dari keluarga mereka. Nyonya Seo merasa kalau presiden tidak menghargai Ma Jun, anak lelaki mereka "satu-satunya" yang sudah berusaha keras sampai pergi ke Jepang untuk belajar membuat roti agar mendapat pengakuan Presiden. Presiden terhenyak mendengar kata-kata istrinya tapi dia menampakkan muka acuh. Nyonya Seo mengerti kalo suaminya itu membencinya, tapi dia mohon agar suaminya itu tidak membenci Ma Jun.




Presiden membuka pintu dan bertemu Manager Han yang mengingatkan kalau mobilnya sudah siap. Manager Han melihat Nyonya Seo yang meremas kartu keluarga dengan marah.





Nyonya Boss pulang ke rumah dan kaget mendapati ada orang asing duduk di meja makannya. Ma Jun mengenalkan diri sebagai Seo Tae Jo dan bilang kalau dia ada di situ untuk mengikuti tes di PBB. Nyonya Boss mengerti dan menanyai Ma Jun macam-macam, rupanya dia ingin menjodohkan Ma Jun dengan putrinya, Mi Sun J. Boss Yang tanya pada istrinya mengapa dia pulang sendirian dan tidak bersama ayah mertuanya.




Tak Gu masih berlutut di depan PBB meskipun dia kelelahan, dehidrasi dan serasa mau pingsan, tapi dia bertahan. Orang-orang yang lewat mengira Tak Gu pengemis dan memberi dia uang recehan, Tak Gu melihat uang recehan itu dengan lemas. Rupanya Kakek Bong masih ada di luar dan memayungi Tak Gu. Kakek Bong bertanya kenapa Tak Gu berlutut di depan toko orang lain. "Di dalam sana, ada orang yang perlu kucari. Di toko, aku melihat pria itu. Pria bertato kincir angin. Aku melihat dengan mata kepalaku",jawab Tak Gu lemah. Kakek mengamati wajah Tak Gu dengan serius dan teringat pertemuannya dengan Tak Gu kecil.
Kakek Bong : Jangan bilang. Kau datang kemari setelah 10 tahun adalah untuk menemukan pria bertato kincir angin? [Tanya Kakek meyakinkan diri]
Tak Gu : Sudah 12 tahun. Aku menghabiskan waktu selama 12 tahun untuk mencari pria itu. Bahkan jika aku harus menghabiskan satu hari lagi di sini, aku tidak akan pernah menyerah. Aku tidak peduli, apakah dua hari atau satu bulan, aku harus masuk ke dalam.
Kakek mengerti dan yakin kalau itu Tak Gu yang dulu ditemuinya. Kakek lalu memberitahu Tak Gu 2 hal agar dia bisa masuk ke PBB yaitu membeli roti dan belajar membuat roti di PBB. Kakek menawarkan pada Tak Gu untuk memilih salah satu yang dianggapnya paling mudah.





Semua kaget [kecuali Jin Gu yang selalu kalem] melihat Tak Gu masuk ke dapur membawa karung bersama dengan Kakek Bong.




Boss Yang heran kenapa Tak Gu bisa masuk bersama ayah mertuanya. Kakek Bong menjelaskan kalau Tak Gu membantunya membawakan karungnya yang berat. Boss Yang mengerti dan menyuruh Tak Gu segera keluar karena tugasnya sudah selesai, tapi Kakek menyela kalau Tak Gu tidak bisa pergi karena dia sudah membuat perjanjian dengan Tak Gu, perjanjian untuk mengijinkan Tak Gu mengikuti tes. Boss Yang dan Paman Gap Soo protes, mereka tidak setuju karena Tak Gu kasar dan tidak punya sopan santun. Kakek Bong menghentikan protes Boss Yang dan berkata dengan keras [lebih tepatnya berteriak] ,”Aku sudah berjanji padanya!!” membuat Boss Yang tak berkutik. Tak Gu tersenyum mendengar teriakan Kakek Bong yang mampu membungkam mulut Boss Yang. Kakek Bong mengumumkan kalau tes akan dimulai jam 8 malam nanti jadi semua harus bersiap lalu Kakek pergi.




Tak Gu berhadapan dengan Boss Yang dan merasa menang. Dia mengejek Boss Yang yang menjadi lembek di hadapan kakek. Tak Gu meminta Boss Yang membawa pria bertato ke hadapannya karena dia tidak akan pernah pergi sebelum bertemu pria itu. Tak Gu juga mengingatkan kalau dia lebih keras kepala dari yang terlihat. Boss Yang sakit kepala




Lalu Tak Gu dengan jail, melemparkan senyum manisnya ke Boss Yang sambil ngomong kalau mereka akan bertemu lagi nanti malam. Sakit kepala Boss Yang tambah parah




Tak Gu pergi sambil tak lupa sekali lagi melemparkan senyumnya ke arah Mi Sun J dan yang lain. Bahkan Mi Sun sampai bengong melihat Tak Gu.




Manager Han mencari presiden di kantornya, tapi PA nya bilang kalau presiden sedang keluar. Manager Han heran karena biasanya jika presiden akan keluar selalu memberitahu dia terlebih dulu. PA menjelaskan presiden tidak ingin Manager Han tahu kepergiannya kali ini. Manager Han cemas dan berpikir ke manakah presiden pergi.





Ternyata presiden pergi ke suatu tempat, markas geng pasar!. Sopir presiden memberitahu Manager Han! lokasi presiden. Rupanya, sopir itu adalah anak buah Manager Han.




Presiden masuk dan bertanya pada gangster yang sedang asyik main




”Apa kalian tahu anakku?”, Tanya presiden. Kepala gangster tersenyum menjawab,”Apakah namanya Kim Tak Gu?”. Jawaban kepala gangster itu membuat presiden tersentak dan bertanya lagi,”Kau tahu Tak Gu? Di mana anak itu?”






Tak Gu dan Ma Jun duduk rapi di hadapan para senior PBB. Tak Gu merasa tidak nyaman dan aneh dengan topi kokinya Kakek Bong memulai dengan bertanya pada Ma Jun, “apakah kau yang datang dari Jepang?”. “Ya guru, Saya Seo Tae Jo seperti yang saya sebutkan dalam surat”, jawab Ma Jun sopan. Tak Gu terkesima dengan Ma Jun yang datang dari Jepang, dia bertanya pada Ma Jun tapi Ma Jun diam saja, merasa tidak perlu menanggapi pertanyaan Tak Gu.




Kakek lalu menyuruh Mi Sun untuk membawa sesuatu. Mi Sun datang, membuka keranjang yang ternyata berisi roti yang besar.




"Ayo mulai!", kata Kakek Bong. Tak Gu tidak mengerti dan menahan Kakek, “Tunggu sebentar! Ini untuk apa?” Kakek Bong : Untuk apa lagi? Tentu saja ini adalah tes.
Jreng Jreng Jreng!!! Persaingan dimulai…

Readmore »»
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

sinopsis bread, love, and dreams episode 7 part 1

Review Ep 6 ^^
Presiden yang terkejut karena justru Ma Jun yang datang ke workshopnya [rumah terlarang] kemudian mencari Tak Gu di kamar, namun kamar itu kosong dan presiden menemukan surat pamitan dari Tak Gu di meja, begini isinya "Maaf, Presiden. Aku sudah berpikir beberapa kali. Aku rasa aku harus hidup sebagai Kim Tak Gu dan mengatur hidupku sendiri. Jadi, kumohon jangan mencariku. Semoga anda selalu sehat. Selamat tinggal Presiden... dari Kim Tak Gu".⁠




Presiden terlihat sedih dan kecewa.





Sementara itu di tempat yang berbeda, Nyonya Seo dan Manager Han merayakan kemenangan mereka mengusir Mi Sun dan Tak Gu.
Di tempat lain lagi, Tak Gu masih ngobrol sama kakek misterius," Ibuku bilang bahwa di dunia ini kebaikan akan selalu mengalahkan kejahatan, tapi apakah itu benar?", tanya Tak Gu pada kakek dengan polosnya. Kakek tersenyum dan menjawab pertanyaan Tak Gu," Jika kau berharap dunia yang seperti itu, maka itu akan terjadi". Lalu Tak Gu pamitan pada kakek untuk mencari ibunya lagi. Kakek memandang kepergian Tak Gu dan bicara sendiri [untuk Tak Gu] : Kau akan menemukan tujuanmu. Takdir akan mempertemukan kita kembali. Aku berharap kau akan segera menemukan ibumu.




Di tepi sebuah sungai besar, Mi Sun yang hanyut dan terdampar menggerak-gerakkan tangannya. Mi Sun masih hidup!!!



Ep 7





Kepala gangster yang dihajar oleh Tak Gu di pasar [Episode 6] penasaran dengan sosok Tak Gu. Dia kesal pada Tak Gu karena bisa menjadi ancaman bagi gangsternya. Dia menyuruh anak buahnya untuk mengundang Tak Gu datang ke markas mereka [Incheon Wang Ba]. Anak buahnya kaget dengan perintah itu, ternyata kepala gangster itu punya tato kincir angin di lengan kirinya.





Tak Gu melihat sebuah notes untuknya tertempel di kedai kopi. "Jika kau ingin bertemu dengan pria bertato kincir angin. Datanglah ke Incheon Wang Ba".
Tak Gu : "Bu, semuanya akan segera baik. Tunggulah aku sebentar lagi".





Malam harinya, dia datang ke tempat yang disebut dalam notes, Incheon Wang Ba. Sampai di markas gangster, Tak Gu "disambut" dengan ucapan selamat datang oleh para gangster dengan pukulan dan hajaran. Tapi mereka tidak sebanding dengan Tak Gu, karena Tak Gu bisa mengalahkan mereka dengan mudah.






Tak Gu membuka pintu markas dan menyapa semuanya dengan cool Tak Gu mengeluarkan secarik kertas dan menanyakan pria bertato. Salah satu gangster mencoba ngomong, tapi saking kedernya mpe sulit berkata-kata. "Jika kalian berani membohongiku, bersiaplah menjadi mayat!! Mengerti?!!", ancam Tak Gu. Gangster itu memegang mukanya dan tambah keder mendengar ancaman Tak Gu.





Tiba-tiba terdengar seseorang bertanya "Apa kau Kim Tak Gu?", suara itu adalah suara kepala gangster yang sedang duduk manis sambil memainkan pisau kecilnya [dari tadi Tak Gu tidak melihat ketua gangster karena tertutup anak buah gangster].⁠





Tak Gu melihat pria itu bertato kincir angin di lengannya, dan dalam sekejap amarahnya meluap, Tak Gu seperti ingin menelan pria itu hidup-hidup . Dia ingin segera menghajar pria itu, tetapi tiba-tiba sebuah pisau melayang ke arah Tak Gu, dan dengan sigap Tak Gu berhasil menghindari pisau itu.
Kepala gangster itu merasa tertarik dengan Tak Gu. Tak Gu tanpa basa-basi langsung menanyakan keberadaan ibunya,"Di mana ibuku?". Kepala Gangster heran dengan pertanyaan Tak Gu, lalu dia tertawa dan mengerti niat Tak Gu selama ini. "Alasan selama ini berkeliaran di sekitar Gyeonggi do dan memukuli bawahanku, hanya untuk mencari ibumu yang hilang?". Kepala gangster itu bilang ke Tak Gu kalau dia tidak tahu perihal ibunya yang hilang, dia mencari Tak Gu hanya karena penasaran dengan Tak Gu yang berani memukuli anak buahnya dan dia ingin memberi Tak Gu pelajaran.




Tak Gu marah karena kepala gangster menghina ibunya dan dia langsung menyerang kepala gangster. Mereka saling memukul, bertubi-tubi sampai akhirnya Tak Gu yang menang dan mencengkeram krah baju kepala gangster. "Aku akan membunuhmu!! Di mana ibuku? di mana dia?", teriak Tak Gu. Kepala gangster tidak tahu di mana ibu Tak Gu. Dia lalu dihajar lagi oleh Tak Gu. Kepala gangster ketakutan, dia benar-benar tidak tahu di mana ibu Tak Gu, dia memohon pada Tak Gu agar Tak Gu membiarkannya hidup. Tak Gu tidak bisa mengendalikan dirinya, dia memukul wajah kepala gangster itu lagi karena merasa dibohongi.
Tak Gu yakin kepala gangster itulah yang menculik ibunya karena kepala gangster punya tato kincir angin di lengannya. Lalu bagaimana orang di hadapannya itu bilang tidak tahu mengenai ibunya. Kepala gangster itu menjelaskan kalau dia hanya meniru tato itu dari seorang pria yang satu sel dengannya ketika di penjara, karena menurutnya gambar tato itu keren,
Tak Gu mengamati lagi tato kincir angin di lengan kepala gangster, ternyata tatonya memang berbeda dengan tato kincir angin di lengan pria yang menculik ibunya. Tak Gu terpukul dan merasa kecewa, karena lagi-lagi dia gagal menemukan petunjuk tentang ibunya. [Tak Gu tahu tatonya berbeda karena dia memang pernah melihat pria bertato kincir angin di lengannya ketika dia masih kecil, hanya saja Tak Gu tidak melihat jelas wajah pria itu, hanya mengenali tatonya dan tato kincir angin si kepala gangster itu bertiang, sedangkan tato pria penculik ibunya tidak bertiang]
Tak Gu bertanya lagi pada kepala gangster itu, tapi kepala gangster tetap menggeleng karena dia benar-benar tidak tahu. Tak Gu ingin meninju muka kepala gangster, tangannya sudah terkepal, tetapi dia tidak jadi melakukannya. Tangannya tertahan di udara. Kepala gangster terus meminta maaf pada Tak Gu, akhirnya Tak Gu bangkit dan bertanya,"Jadi di mana pria itu? [pria bertato kincir angin yang sebenarnya] Jika aku pergi ke penjara sekarang, apakah aku bisa menemukannya?". "Aku dengar dia sudah keluar beberapa tahun yang lalu, dia telah meninggalkan dunia lamanya [dunia kriminal]. Sekarang, dia bekerja di toko roti di Incheon", terang kepala gangster.
Tak Gu tanya nama toko roti itu. Kepala gangster itu pelan-pelan bangkit dan mengambil balok kayu di belakangya dan menjawab sambil memukulkan balok kayu ke Tak Gu,"Aku kira namanya, Pal Bong Bakery". Tapi Tak Gu sudah merasakan adanya ancaman bahaya, tangannya langsung menahan balok kayu itu, sehingga dia bisa menangkis pukulan kepala gangster dengan mudah. Tak Gu akhirnya menghajar kepala gangster sampai pingsan.





Tak Gu sendiri ternyata terluka parah, dia tertatih-tatih keluar dari markas gangster, dan menahan air mata di pelupuk matanya, "Baik, aku baik-baik saja bu... Secepatnya aku akan pergi ke Pal Bong Bakery. Aku akan menemukan pria bertato kincir angin. Aku akan pergi ke Pal Bong Bakery" tekad Tak Gu sambil mengusap air matanya yang keluar tanpa bisa ditahan. Tak Gu berusaha jalan, meskipun dengan tertatih-tatih, menuju Pal Bong Bakery.




Pukul 03.00 di Pal Bong Bakery [selanjutnya mungkin aku singkat PBB ya] para staff mulai bekerja membuat roti, menyiapkan tepung, adonan yang sudah difermentasi, membentuk roti, dan lain-lain. [Personil Pal Bong Bakery : Boss Yang, Jin Gu, Paman Gap Soo, Jae Bok, Yang Mi Sun]





Mereka tekun dalam bekerja, dan Boss Yang menyadari ada pegawai yang menghilang. Orang yang dicari itu, Mi Sun ternyata sedang mengendap-endap di ruang penyimpanan roti dan akan memakan cake. Cake sudah sampai di mulut dan siap ditelan sampai Boss Yang dengan teriakan dan tatapan marahnya menghentikan Mi Sun.




Mi Sun disidang di depan semua staff, Boss Yang kesal dengan kelakuan Mi Sun dan memutuskan untuk memotong gaji Mi Sun. Mi Sun kaget, "lagi?" [Jadi Mi Sun ini emang udah kebiasaan suka menyelinap ke ruang penyimpanan roti untuk mencicipi cake buatannya sendiri, dan dia sering dipotong gaji karena ulahnya itu]
Boss Yang memperingatkan Mi Sun, jika Mi Sun mengulangi perbuatannya lagi, maka dia tidak akan segan-segan memotong setengah gaji Mi Sun bahkan mengeluarkannya dari Pal Bong Bakery.





Mi Sun membela diri dengan mengatakan kalau dia tidak melarikan diri, dan dia sudah menciptakan resep cake yang baru. Mi Sun lalu mengambil cake yang dibuatnya untuk dicicipi oleh Boss Yang. Mi Sun menyodorkan cake ke muka Boss Yang, para staff yang lain mulai merasa cemas dengan atmosfir yang tidak enak. Boss Yang menolak mencicipi cake buatan Mi Sun dan menampiknya, tapi karena terlalu keras, cake itu terbang dari tangan Mi Sun dan akhirnya jatuh berantakan di lantai. Mi Sun shock melihat cake yang belum sempat dicicipinya itu hancur. Boss Yang sebenarnya merasa bersalah dengan tindakannya sendiri yang memang sudah keterlaluan, tapi untuk menutupinya dia justru marah-marah lagi dan menyuruh Mi Sun segera membersihkan lantai dan kembali bekerja.
Kekesalan Mi Sun juga sudah memuncak, dia tidak mau lagi menuruti perintah Boss Yang dan bilang kalau dia tidak akan lagi membuat cake. Kemudian, Mi Sun melangkah pergi meninggalkan dapur. Boss Yang terus saja memanggil Mi Sun. Para pegawai yang lain juga cuma bisa diam dan melihat Mi Sun yang ngambek. Paman Gap Soo protes, tetapi demi melihat tatapan tajam Boss Yang, Paman Gap Soo mengkeret juga.




Di lantai bawah [Jadi bangunan Pal Bong Bakery itu ada 2 lantai, lantai bawah sebagai toko sedangkan lantai atas untuk membuat roti, alias dapur. Dan di seberang jalan depan Pal Bong Bakery adalah tempat keluarga Yang dan para pegawai tinggal] Mi Sun ngomel-ngomel sendiri karena ayahnya [Boss Yang] terlalu kolot dan tidak menghargai kreativitas.





Mi Sun membuka pintu dan tersandung hingga jatuh. Dia sangat shock ketika melihat di sampingnya, ada sesosok orang terbaring penuh dengan luka dan darah, Tak Gu!! Mi Sun ketakutan dan dengan kekuatan penuh dia berteriak, membuat semua yang di lantai atas turun dengan panik. Boss Yang yang masih bersalah pada Mi Sun bertanya dengan cemas,"Ada apa Mi Sun? Apa kau baik-baik saja?". Mi Sun dengan muka ketakutan menunjuk-nunjuk Tak Gu yang pingsan dan dikiranya dia sudah meninggal.
Semuanya juga sangat terkejut melihat Tak Gu, kecuali Jin Gu yang kalem. Paman Gap Soo memeriksa Tak Gu untuk memastikan dan "Dia bernafas, dia masih hidup!!" (ya iyalah) Kemudian Tak Gu bergerak sedikit, tapi masih belum sadar dan semuanya langsung mengerubungi Tak Gu.




Nyonya Seo tiba di bandara, dia baru saja pulang dari liburannya di luar negeri. Dan yang pertama kali dia tanyakan kepada pelayannya adalah kemana Manager Han, kenapa tidak menjemputnya. Pelayan bilang bahwa Manager Han sedang sibuk mempersiapkan pesta perayaan ulang tahun Geo Seong. Nyonya Seo kecewa.




Ja Kyung berkomentar pedas tentang kolega bisnis ayahnya yang dianggapnya tidak baik dan tidak menguntungkan perusahaan. Presiden tidak sependapat dengan penilaian Ja Kyung dan menyuruhnya untuk tidak mencampur adukkan masalah bisnis dengan politik. Ja Kyung membela diri bahwa dia hanya belajar dari apa yang dilihatnya. Presiden menegaskan, Ja Kyung tidak perlu ikut campur masalah itu dan menyuruhnya untuk fokus dengan pekerjaannya sebagai kepala Humas. "Ayah..", protes Ja Kyung. Presiden mengingatkan Ja Kyung bahwa mereka sedang ada di kantor, jadi Ja Kyung harus memanggilnya Presiden. Presiden meminta Ja Kyung untuk bertanggung jawab mengurusi undangan pesta perayaan ulang tahun perusahaan. Ja Kyung mengerti. Presiden juga pesan untuk menyediakan satu undangan di kantornya karena dia akan mengirimkannya pada seseorang secara langsung.




Manager Han membuka pintu kantor untuk presiden, dia terkejut melihat Nyonya Seo duduk di dalam. Nyonya Seo mengacuhkan Manager Han dan langsung mendekati suaminya, "Yeobo [sayang]" panggilnya dan langsung memeluk presiden. Manager Han terlihat cemburu, tapi dia hanya diam saja. Nyonya Seo memberi isyarat pada Manager Han, Manager Han mengerti dan langsung keluar.




Nyonya Seo cerita kalau dia melewatkan dua tempat liburannya untuk menghadiri ulang tahun perusahaan dan hanya mengunjungi Ma Jun di Tokyo. Nyonya Seo sangat antusias bercerita, tapi reaksi presiden hanya biasa saja. Nyonya Seo kecewa dengan tanggapan presiden yang acuh padanya meskipun dia baru saja pulang dari 2 bulan perjalanannya, presiden hanya berkata kalau dia ada rapat penting. Nyonya Seo keluar dengan muka kesal.




Manager Han mendekati Nyonya Seo yang masih kesal, dia minta maaf karena tidak menjemput Nyonya Seo di bandara karena dia sangat sibuk. Nyonya Seo cerita pada Manager Han,"Ma Jun menghilang. Aku pergi ke Jepang sebelum aku kembali ke Korea dan dia tidak ada di sana. Setelah dia mengundurkan diri dari sekolah, dia hilang. Aku sangat yakin dia sudah kembali ke Seoul. Dan hanya tinggal satu minggu sebelum ulang tahun perusahaan, dia harus ditemukan sebelum itu. Kita harus memastikan dia hadir dalam pesta. Kita harus menemukannya sebelum suamiku tahu, Jadi..." belum sempat Nyonya Seo meneruskan kata-katanya, Manager Han dengan lembut dan pengertian memegang tangan Nyonya Seo untuk menenangkannya. Nyonya Seo kaget. Manager Han justru khawatir melihat Nyonya Seo, dia memintanya untuk tenang dan istirahat di rumah

Readmore »»
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

sinopsis bread, love and dreams episode 6

Tak Goo berlagi sekuat tenaga menuju rumah kosong, setelah sampai disana ia hanya menemukan ayah Yoo Kyung yang telah pingsan. Yoo Kyung dan Ma Jun kemudian tiba. Mereka saling memandang.




Tak Goo keluar dari rumah kosong, “Ibu kau dimana, ini Tak Goo, aku disini” teriak Tak Goo. Tiba-tiba terdengar suara Mi Sun yang memanggil Tak Goo. Tak Goo, Ma Jun dan Yoo Kyung terkejut mendengar suara Mi Sun.




Sementara itu Mi Sun dimasukkan kedalam sebuah jib. Tak Goo mengejar jib itu dan menyuruh untuk berhenti, namun pria itu tetap memacu jibnya. Tak Goo mengejar jib itu sambil memanggil ibunya. Mi Sun memohon pada pria itu untuk melepaskannya namun pria itu tidak menggubrisnya. Jib berpacu semakin kencang dan kian menghilang dan Tak Goo tak bisa mengejarnya lagi




Tak Goo berhenti mengejar, Yoo Kyung dan Ma Jun datang menyusul, Ma Jun menyarankan Tak Goo untuk pergi ke kantor polisi untuk melapor penculikan ibunya. Tak Goo tidak menggubrisnya, ia malah meminta Yoo Kyung untuk membawa pulang ayahnya dan berjanji tidak akan melaporkannya ke polisi. “Apa yang kau lakukan?tanya Ma Jun, jika kau tidak melaporkan ini ke polisi ibumu tidak akan ditemukan. “Aku akan menemukan ibuku” kata Tak Goo. Tak Goo menyuruh Ma Jun pulang duluan ke seoul karena ia akan mencari ibunya.



Tak Goo berlari mengejar ibunya kembali, ibu tunggulah aku, aku akan menyelamatkanmu kata Tak Goo dalam hati.



Seung Jae memaju mobilnya menuju Cheonsang. Dalam perjalanannya ia mengingat kata2-kata presdir padanya sesaat sebelum ia pergi.




Flashback: presdir menanyakan sebuah amplop yang ditinggalkan Tak Goo kepada Seung Jae, namun Seung Jae mengatakan ia tidak tahu. Presdir mengatakan sesaat setelah Tak Goo hilang dan perdi meninggalkan rumah, Ma Jun pun ikut menghilang, mendengar hal itu Seung Jo pun panik. Presdir meminta Seung Jo untuk mencari mereka berdua ke Cheonsang dan membawa mereka berdua dengan selamat. Flasback selesai.





Sementra itu Yoo Kyung telah membawa ayahnya pulang dan menidurkannya.




Ma Jun masuk ke rumah Yoo Kyung mengendap-endap Yoo Kyung lalu menyalakan lampu Ma Jun kaget. “Bus akan tiba jam 5.30, duduklah dan tutup matamu, bila waktunya tiba aku akan membangunkanmu”. Kata Yoo Kyung. “Apakah ada restoran dekat sini? Tanya Ma Jun sambil memegang perutnya yang berbunyi.




Yoo Kyung memberikan makan pada Ma Jun. “Makanan apa ini? bagaimana aku bisa memakannya? Adakah restaurant lain? tanya Ma Jun. Yoo Kyung menatap Ma Jun kemudian mengambil kembali makanannya dan pergi. “Mau kemana?tanya Ma Jun. “Aku mau mencari ibu Tak Goo” kata Yoo Kyung. “kau kira kau bisa menemukannya, Kalau kau mau menolongnya maka laporkan kejadian ini ke polisi” kata Ma Jun. Yoo Kyung meminta Ma Jun untuk tidak mengikutinya. “Hei, apa ada hotel dekat sini aku tidak bisa tidur ditempat seperti ini? kata Ma Jun sombong. “Tidak ada hotel disini, restoranpun sudah tutup kalau kau mau makanlah makanan itu dan tidur, jika kau tak mau kau bisa tunggu di terminal” kata Yoo Kyung.




Sementara itu Tak Goo mulai mencari keberadaan ibunya ke pasar dan menanyakannya ke beberapa orang. Begitupun Yoo Kyung dan Ma Jun.



Tak Goo menemukan sebuah mobil yang mirip dengan mobil yang menculik ibunya namun ternyata bukan.



Yoo Kyung dan Ma Ju mencari ibu Tak Goo bersama, ditengah jalan Ma Jun melintasi toko roti, ia masuk ketoko itu sementara Yoo Kyung terus mencari. Ma Jun mengeluarkan segepok uang untuk membayar, dan tanpa sengaja ada 3 orang pria melihatnya... Usai membeli roti, Ma Jun keluar toko namun ia telah kehilangan Yoo Kyung.




Tak Goo terus mencari Mi Sun, ia pun bertanya pada pedangan makanan, namun pedagang makanan itu tidak tahu. Dan tanpa Tak Goo sadari ternyata orang yang menculik ibunya ada disampingnya yang tengah membeli makanan. Tak Goo melihat Tato kincir angin orang itu. “ ibu kau dimana” kata Tak Goo.



Pria itu memberikan makanan yang baru ia beli kepada Mi Sun, “Makanlah” kata pria itu. “Siapa yang menyuruhmu?manager Han atau nyonya Seo? Apa mereka menyuruhmu membunuhku? berapapun yang kau mau, aku akan memberimu uang, tapi kumohon biarkan aku pergi bersama anakku.”kata Mi Sun terisak. “Kau tidak akan bertemu dengannya lagi” kata pria itu. Mi Sun terdiam Shock. Pria itu kemudian memacu mobilnya.




Disaat mobil berjalan, disaat itu Tak Goo pun berjalan dengan arah yang berlawanan. Tak Goo tak melihat mobil itu. Didalam mobil Mi Sun hanya bisa terdiam,ia mengingat masa2 ketika ia bersama Tak Goo. Saat Tak Goo mengompol, saat makan roti, saat Mi Sun memeluk Tak Goo dan saat Mi Sun meninggalkannya di rumah presdir, Mi Sun hanya bisa menangis.




Sementara itu Ma Jun terus mencari2 Yoo Kyung, namun tiba2 3 orang mencegatnya. Bos geng itu menyuruh Ma Jun untuk memberikan tasnya, namun Ma Jun menolak. Namun ketiga pria itu meminta dengan paksa.




Nyonya Seo yang berada dirumah merasa gelisah.. (naluri seorang ibu). Nyonya Seo menelepon seseorang namun tiba2 presdir datang dan mengatakan” jika kau menelepon manager Han, dia tidak akan menganggatnya karena aku mengirimnya ke Cheosang untuk mencari anak2 jadi kau tak usah khawatir.




Presdir kemudian pergi ke tempat biasanya ia membuat kue, dan mengingat kata2 ketika bersama ibunya.



Flasback:




Pernikahan merupakan suatu hal yang dapat membantumu dalam mendapatkan mimpimu. “Bagaimana aku bisa menikah dengan orang yang tidak aku cintai? Tanya presdir. “cita2mu itu membuat roti dan dapat member makan orang yang kelaparan, jika kau menikah dengannya maka mimpimu akan menjadi kenyataan dan akan menjadi lebih besar dari apa yang kau harapkan” kata ibu presdir. “Dia tidak akan bahagia bu” kata presdir. “memiliki anak adalah pilihannya, apa yang bisa kalu lakukan jika kau yang dia inginkan” kata ibu presdir. Flashback selesai.



“Dan akhirnya aku membuat 2 orang wanita tidak bahagia” kata presdir sambil menghela nafas.




Dalam perjalanan Mi Sun berusaha kabur, dia mulai melepaskan tali ditangannya dan akhirnya berhasil. Tiba-tiba ada sebuah alat kontraktor lewat dan terpaksa mobil berhenti, disaat itulah Mi Sun mengambil kesempatan, Mi Sun membuka pintu mobil dan kabur.




Pria itu mengejar Mi Sun kemanapun Mi Sun berlari, Mi Sun terjatuh dan akhirnya bisa disusul pria itu, hingga disaat Mi Sun terus berusaha berlari tanpa sengaja Mi Sun berada di atas tebing dan ia terpeleset, akhirnya ia terjatuh ke sungai.




Disaat yang sama Tak goo terjatuh hingga sepatunya terlepas. Tak goo berusaha memakainnya lagi namun talinya putus, “Ibu”seru Tak goo, Tak goo menangis.




Pria itu berlari ke arah tebing dan melihat ke arah sungai, ia tak dapat menemukan Mi Sun. pria itu terduduk dan menyesalinya, ia mengepalkan tangannya.




Yoo Kyung menemukan Ma Jun dalam keadaan yang berantakan. “kau baik-baik saja? Tanya Yoo Kyung. “Tinggalkan aku” kata Ma Jun. “Baiklah aku mengerti” kata Yoo Kyung sambil meninggalkan Ma Jun.





Yoo Kyung meninggalkan Ma Jun. “Dasar Negara pengecut,pergilah kau, kau pikir aku takut” teriak Ma Jun pada Yoo Kyung. Yoo Kyung berbalik, “Kau adalah pengecut yang sebenarnya” kata Yoo Kyung. “Kau merasa takut dan malu terlihat begitu lemah, itulah sebabnya kau seperti ini”. “jangan bicara omong kosong, tentu saja tidak” kata Ma Jun membela diri. “Kau terlihat seperti pecundang, mempunyai orang tua yang kaya membuatmu tidak akan mengerti, bahkan ketika uangmu dirampok setiap hari” kalau kau tak mau seperti ini lagi ikuti aku, ini sudah malam” seru Yoo Kyung.





Ma Jun kembali ke rumah Yoo Kyung dan memakan pemberian Yoo Kyung, sementara itu Yoo Kyung menatap hujan yang turun deras. “Apa hubunganmu dengan Tak Goo? Apa kau menyukainya? Tanya Ma Jun. Yoo Kyung tidak menjawab. “Lalu bagaimana denganmu, mengapa kau mengikuti Tak Goo dan pergi meninggalkan rumah? Tanya Yoo Kyung. Ma Jun tidak bisa menjawab. “Namamu Ma Jun bukan? Dan umur mu pasti sama dengan Tak Goo namun kau masih terlihat seperti anak kecil” seru Yoo Kyung. “Hei apa yang kau katakan,,apa kau mau mengatakan dia lebih baik dariku, asal kau tahu saja aku lebih baik dari Tak Goo, aku bisa lari lebih cepat darinya, bahkan aku lebih cerdas” kata Ma Jun membanggakan diri. “Semua yang kau katakan itu membuat dirimu kalah dari Tak Goo” kata Yoo Kyung menyindir kemudian meninggalkan Ma Jun. haha Ma Jun Shock berat.




Tak Goo pulang ke rumah, ia menangis sambil melihat fotonya bersama ibunya. “Tak masalah seberapa jauh aku melihat, namun aku tetap tidak menemukanmu, Dimana kau ibu??, besok aku berharap akan terbangun dari mimpi buruk ini” isak Tak Goo.



Keesokkan harinya,,”Kakak apa kau tak cemas dengan mereka berdua? Tanya Ja Rim pada Ja Kyung, “Orang tua kita akan menyelesaikannya dengan baik, jadi kau tak usah cemas. “Kak mengapa kau selalu belajar terus? Kau sudah terlalu banyak belajar” seru Ja Rim yang melihat kakaknya tengah makan sambil membaca buku. “Karena aku ingin menjadi manager, bukan Ma Jun ataupun Tak Goo” jawab Ja Kyung. “Menjadi manager hanya bisa dilakukan oleh laki-laki”jawab Ja Rim polos. “Perempuan juga bisa melakukannya” kata Ja Kyung santai. “Selesai kan makanmu dan berangkat, kita sudah telat.




Tiba-tiba nyonya Seo datang, “Apakah benar itu mimpimu? Bangunlah dari mimpimu Ja Kyung, karena mimpimu tidak akan terwujud” kata Nyonya Seo. “Ibu kau juga wanita, jadi jangan berkata seperti itu”. “Ini kenyataan, karena kau adalah seorang wanita” jelas Nyonya Seo, “Sudah kukatakan jangan berkata seperti itu karena aku berbeda denganmu” teriak Ja Kyung. “ibu aku tidak akan hidup sepertimu, kau hidup bersama suami yang tidak mencintaimu dan hanya bergantung padanya, kau sangat menyedihkan”.




“jangan katakana itu lagi padaku hanya karena kau tidak bahagia tentang masalah Ma Jun, dan kau melampiaskan pada kami” kata Ja Kyung, “Apa katamu, karena aku, kau tidak bahagia?” Tanya Nyonya Seo. “Ya benar, Ma Jun pergi karenamu, dan pada malam itu,,,” Ja Kyung menghentikan bicaranya. “malam itu,kenapa? Apa yang terjadi? Jelaskan padaku kata Ny. Seo. “Aku tak tahu yang sebenarnya, tetapi Ma Jun sepertinya berpikir bahwa kematian nenek itu karena kau” jawab Ja Kyung. Ny. Seo shock dengan apa yang di katakan Ja Kyung, tangannya gementar.

Readmore »»
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

sinopsis bread, love and dreams episode 5

Nyonya Seo mengejar Manager Han, mereka berdua shock melihat nenek di hadapan mereka. Nenek murka pada mereka berdua, Nyonya Seo yang takut rahasianya terbongkar memohon memelas pada nenek untuk mendengarkan penjelasannya, tapi nenek tidak mau tahu dan langsung keluar dari rumah itu.
Di bawah guyuran hujan, Nyonya Seo masih mencoba membujuk nenek, tapi nenek tetap tak bergeming, nenek mau melangkah pergi tapi Nyonya Seo menarik-narik tangan nenek agar tidak pergi.



Manager Han meminta Nyonya Seo untuk segera berhenti dan menarik tangan Nyonya Seo yang fatalnya menyebabkan nenek terhengkang jatuh ke belakang karena tidak seimbang dan kepalanya membentur tanah dengan keras. Akhirnya nenek jatuh tak sadarkan diri dalam hujan.




Nyonya Seo dan Manager Han tambah shock untuk sesaat mereka terpaku, Nyonya Seo memanggil-manggil nenek dan sangat ketakutan, dia masih mencoba membangunkan nenek, tapi tak berhasil. Manager Han yang berpikir cepat, menenangkan Nyonya Seo agar tidak panik.


Manager Han meminta Nyonya Seo untuk melupakan kejadian malam itu dan menganggapnya tidak pernah terjadi," Tak ada apapun, jangan lakukan apapun!! Kau tidak pernah ke sini malam ini. Kau tidak pernah melihatku. Kau tidak pernah melihatnya (nenek). Tidak terjadi apapun. Jadi, Jadi... kembali ke kamarmu sekarang. Jangan panik, anggap tidak pernah terjadi apapun dan tidurlah", perintah Manager Han. Nyonya Seo terkejut mendengar perkataan Manager Han, dia tidak habis pikir bagaimana bisa Manager Han mengatakan semua itu pada orang yang sudah merawatnya. Manager Han meyakinkan Nyonya Seo kalau dia melakukan semua itu untuk keselamatan Nyonya Seo dan Ma Jun, akhirnya Nyonya Seo mengerti dan mereka pelukan.



Manager Han mengendap-endap masuk ke dalam rumah untuk memastikan keadaan aman, setelah yakin semua penghuni rumah sudah tidur, dia mengantar Nyonya Seo ke kamar. Di kamarnya, Nyonya Seo masih belum percaya apa yang terjadi. (kayaknya dia benar-benar merasa sedih dan nyesel deh). Manager Han membersihkan barang bukti, baca: mengepel lantai yang basah. Manager Han melihat pintu kamar nenek terbuka dan lampunya menyala, lalu dia mematikan lampu dan menutup pintu kamar nenek. Setelah itu dia kembali ke rumah terlarang untuk memastikan dia tidak meninggalkan jejak apapun di rumah itu.



Di luar rumah Manager Han belutut di hadapan nenek yang masih pingsan, "Maafkan aku, karena membuatmu mati dengan cara seperti ini, kesalahan ini, akan aku bayar di neraka", kata Manager Han (tidak tampak penyesalan dalam raut muka dan kata-katanya). Lalu dia dengan sangat teganya meninggalkan tubuh nenek begitu saja, tanpa dia sadari bahwa mereka sudah meninggalkan barang bukti yang begitu penting, gelang Nyonya Seo yang jatuh di dekat tangan nenek.



Presiden yang masih merenung di ruang kerjanya heran, ada yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya tapi tak ada jawaban ketika dia bertanya. Presiden keluar untuk melihat dan tidak ada siapapun di sana, dia melihat pintu kamar ibunya yang terbuka dan mengeceknya, ternyata kamar itu kosong (merasa ada yang aneh?). Presiden lalu mencari nenek ke semua penjuru, tapi tak ketemu juga, sampai di rumah terlarang, dia sangat shock mendapati ibunya tergeletak pingsan di tengah hujan. Presiden mencoba untuk menyadarkan nenek tapi nenek tidak juga bangun.



Paginya, Tak Gu dan ibunya buru-buru ke rumah sakit, sampai di rumah sakit, mereka melihat semua keluarga dan Manager Han berkumpul di depan ruang perawatan nenek. Mi Sun terhenti, Presiden menoleh ke arah mereka. Tak Gu dan ibunya memberi hormat, Mi Sun menyuruh Tak Gu untuk pergi sendiri. "Bagaimana denganmu bu? kau tidak ikut denganku?", tanya Tak Gu. Mi Sun menjelaskan pada anaknya bahwa itu bukan tempatnya dan dia tidak berhak, Tak Gu mengerti dan dengan perlahan berjalan mendekati ayah dan keluarga tirinya.



Semua melihat ke arah Tak Gu, Tak Gu memberi salam, tak ada yang respon (poor Tak Gu…). Nyonya Seo mencoba menutupi pergelangan tangannya yang merah terluka. Dokter keluar dari ruang perawatan dan Presiden bergegas menanyakan kondisi ibunya.




Dokter menjelaskan kalau luka dalam yang dialami nenek sangat parah, ditambah lagi usianya yang sudah tua dan terlalu lama kehujanan. Dokter meminta presiden dan keluarga untuk bersiap menerima kenyataan terburuk. Presiden sangat sedih dan terpukul, Nyonya Seo hanya diam. Presiden masuk ke ruang perawatan nenek dan memegang lembut tangan nenek, Presiden memanggil-manggil ibunya, mencoba menyadarkan nenek dari ketidaksadarannya.



Presiden menangis dan terus bicara pada ibunya yang terbaring,"Kau tidak bisa pergi begitu saja,jika kau pergi tanpa melihatku, apa yang harus anakmu ini lakukan? Jika kau tidak bicara, aku mohon bukalah matamu ibu..meskipun hanya sekali, tolong lihatlah aku ibu... meskipun hanya sekali ibu....ibu...". Akhirnya, nenek menunjukkan reaksi, tangannya bergerak, Presiden kaget dan senang ibunya sudah bangun. Di luar ruangan, Manager Han dan Nyonya Seo kaget mendengar bahwa nenek sudah sadar, mata mereka bertatapan, merasa tidak aman. Nenek membuka matanya pelan-pelan dan mencoba melihat orang-orang yang ada di ruangan itu satu per satu, ketika pandangannya sampai ke Ma Jun, Ma Jun berpaling, tidak berani melihat mata nenek. Ja Kyung yang melihat reaksi Ma Jun merasa ada yang ganjil dengan adiknya itu. Nenek menatap Tak Gu lama. Tangan nenek menggapai-gapai ingin menyentuh Tak Gu, cucu kandung laki-lakinya, nenek berkata dengan susah payah dan nafas tersengal-sengal,"cucuku...cucuku...". Akhirnya tangan nenek terkulai dan nafasnya berhenti, nenek meninggal!.



Presiden menangis keras, memanggil ibunya dan memeluk jenazah nenek. Nyonya Seo dan Manager Han yang ada di luar terkejut mendengar teriakan Presiden. Nyonya Seo masih panik dan takut, dia berjalan dan hampir limbung, Manager Han memegang tangannya tapi langsung ditepis sama Nyonya Seo. Ma Jun menoleh sebentar pada ibunya. Sampai di lantai bawah, Nyonya Seo mendekati Mi Sun dan tersenyum sinis,"Akhirnya, takdir berpihak padaku, mengerti?". Perasaan Mi Sun campur aduk, dia lalu melihat ke arah ruangan nenek.



Saat upacara kematian nenek, semua keluarga menunjukkan muka sedih. Ma Jun keluar dari rumah dan mendengar pelayan bergosip tentang kejadian aneh di malam sebelum nenek meninggal. Ma Jun lalu melihat Manager Han dan ibunya, dia mengingat.

Flashback



Ketika Manager Han menenangkan Nyonya Seo yang ketakutan karena nenek jatuh, Ma Jun mendengar semua percakapan mereka. Dia bersembunyi di balik pohon.



Ma Jun menggigil antara kedinginan dan shock. Setelah Manager Han dan Nyonya Seo pergi, Ma Jun mendekati tubuh nenek dan memungut gelang milik ibunya yang terjatuh. Nenek akhirnya sadar, dia mengerang kesakitan, tapi tidak sanggup untuk bangun, Ma Jun kaget dan mau kabur, tapi dia berubah pikiran, lalu mendekati nenek, "Kau pikir kau bisa bangun? Nenek? apa kau bisa bangun? Aku akan membantumu, tapi kau harus berjanji padaku. Tolong maafkan ibuku. Ibuku sudah melakukan kesalahan, tolong maafkan dia. Maafkan semuanya. Jadi, aku akan menolongmu. Aku akan menyelamatkan hidupmu. kau harus menepati janji, mengerti? ya?", ungkap Ma Jun. Nenek hanya melihat Ma Jun lemah dan tidak bisa menjawab apa-apa.




Ma Jun mengantongi gelang ibunya dan bangkit untuk menolong nenek, tapi dia tidak bisa menggeser tubuh nenek sedikitpun karena nenek berat. Ma Jun berusaha keras, dia tidak berhasil. Lalu Ma Jun lari ke dalam rumah, membuka lebar-lebar pintu kamar nenek dan menghidupkan lampunya. Kemudian, menggedor-gedor pintu ruangan kerja Presiden. Presiden bertanya dari dalam, "Siapa itu? Aku tanya siapa itu?". Ma Jun tidak siap terlihat ayahnya, dia lari sembunyi. Presiden keluar dan tidak melihat seorangpun di luar. Presiden memanggil-manggil ibunya, tapi tidak ada jawaban.



Ma Jun yang duduk sembunyi di tangga, ketakutan dan melihat lagi gelang ibunya. Ja Kyung yang mungkin memang belum tidur, heran melihat adiknya basah kuyup dan dia sekilas melihat gelang itu. Dia menegur Ma Jun, Ma Jun kaget dan langsung menyembunyikan gelang ibunya, lalu lari tanpa menghiraukan Ja Kyung. Ja Kyung mendengar ayahnya teriak-teriak mencari nenek, Ja Kyung menoleh ke bawah dan presiden tanya apakah nenek sedang di atas. Ja Kyung menggeleng dan bilang bahwa nenek tidak ada. Presiden menyuruh Ja Kyung untuk melihat di kamar mandi dan balkon, Ja Kyung berpikir. Bibi Gong datang dan bersama presiden mencari nenek lagi.Flashback end




Kembali ke upacara kematian nenek. Ja Kyung ternyata menyusul Ma Jun keluar dan menginterogasi adiknya itu, "Apa yang terjadi? Malam itu, kau bersama nenek, benar kan? iya kan?", tanya Ja Kyung. Ma Jun diam saja, Ja Kyung tahu adiknya itu tahu sesuatu dan dia menyimpan rahasia, Ja Kyung terus mendesak Ma Jun untuk jujur padanya. Ma Jun kesal terus dipojokkan, akhirnya dia balik tanya dengan ketus," Lalu kenapa? Apa kau penasaran? Apa yang ingin kau tahu?". Ja Kyung kaget dengan reaksi adiknya. Ma Jun terus ngelantur, Ja Kyung menyadarkan Ma Jun. Ma Jun terdiam dan menatap Ja Kyung lama, Ja Kyung khawatir melihat adiknya. Ma Jun lalu pergi meninggalkan Ja Kyung.



Tak Gu mendengar Ma Jun batuk-batuk, dia mendekati Ma Jun dan menepuk-nepuk punggungnya dan bertanya khawatir. Tapi Ma Jun langsung menepis tangan Tak Gu dan mengusirnya. Tak Gu tidak pergi dan mengira Ma Jun sangat sedih dan merasa kehilangan karena nenek meninggal, padahal selama ini Tak Gu kira Ma Jun itu tidak dekat dengan nenek. Tak Gu menasehati Ma Jun untuk berhenti menangis. karena nenek tidak akan pergi dengan tenang jika Ma Jun terus menangis. (Tak Gu ini bener-bener polos, hatinya putih, atau justru naif ?) Tak Gu menepuk-nepuk punggung Ma Jun lagi, Ma Jun kesal dan langsung berdiri, dia berteriak kesal pada Tak Gu yang sok tahhu," Bagaimana orang sepertimu bisa mengerti? Jangan bertingkah seperti kau tahu segalanya!! Kau pikir siapa kau?! Siapa kau?!" . "Apa maksudmu? Kau berpikir siapa aku? Aku adalah hyung-mu (kakak). Tanggung jawab seorang hyung adalah untuk menjaga adiknya ketika adiknya kesusahan, mengerti?", jawab Tak Gu perhatian. Ma Jun berkaca-kaca mendengar kata-kata Tak Gu, hatinya tersentuh oleh ketulusan Tak Gu, tapi saat itu Ma Jun sedang labil. Tak Gu meyakinkan Ma Jun bahwa dia adalah hyung-nya, meskipun mereka berbeda ibu, tapi mereka satu ayah, jadi mereka sedarah. Ma Jun jadi kesal lagi karena Tak Gu menyinggung-yinggung bahwa mereka sedarah, padahal dia sudah mengetahui kenyataan yang tidak pernah dia harapkan dan bayangkan bahwa orang yang selama ini dipanggilnya ayah selama 12 tahun, ternyata bukan ayah kandungnya.



Ma Jun menumpahkan semua kekesalannya pada Tak Gu, dia memukul-mukul dada Tak Gu. Ma Jun sudah tidak tahan, air matanya mengalir, dia menangis sedih, lalu kembali duduk dan menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan gundah hatinya. Ja Kyung melihat kedua adiknya itu dari kejauhan, dia khawatir pada kondisi (psikis) Ma Jun.




Mi Sun datang untuk memberikan penghormatan terakhir pada nenek, tapi dia tidak berani masuk dan hanya melihat poto nenek dari jauh. Mi Sun melangkah pergi, tapi dia terhenti ketika bertemu Ja Kyung. Ja Kyung melengos, Mi Sun mendekati Ja Kyung dan menanyakan keadaan Tak Gu. Mi Sun bilang kalau sebenarnya dia sudah ingin datang ketika nenek meninggal, meskipun dia tahu dia tidak seharusnya datang. Mi Sun akan bicara lagi ketika Ja Kyung dengan ketus memotong kata-katanya dan menyuruh Mi Sun untuk tidak lagi datang ke rumah karena keberadaannya dan Tak Gu membuat keluarganya merasa tidak nyaman. Lagipula, nenek sudah meninggal dan tidak akan ada lagi orang yang berpihak pada Mi Sun. Mi Sun terkejut mendengar kata-kata Ja Kyung. Ja Kyung berjalan pergi dan terhenti kaget melihat ayahnya ada di luar dan mendengar perkataannya pada Mi Sun. Mi Sun menoleh juga ke arah presiden dan memberi hormat, Presiden menghela nafas.



Mi Sun masuk ke dalam dan memberikan penghormatan di depan pigura nenek. Mi Sun menangis terisak-isak, kehilangan orang yang dihormati dan disayanginya. Nyonya Seo dan Duo Ja (Ja Kyung dan Ja Rim) muak mendengar tangisan Mi Sun. Dua adik kakak itu akhirnya pergi. Nyonya Seo melihat ke arah suaminya dengan sinis, tiba-tiba Tak Gu datang dengan menggendong Ma Jun yang pingsan.



Nyonya Seo dan Manager Han terkejut, Nyonya Seo sangat khawatir pada Ma Jun, Tak Gu menjelaskan kalau Ma Jun sedang sakit, dan badannya panas. Nyonya Seo membentak Tak Gu dan mengira Ma Jun sakit gara-gara Tak Gu. Tak Gu menyangkalnya, dia juga khawatir pada Ma Jun, lalu Tak Gu mencoba memegang dahi Ma Jun, tapi langsung ditepis dengan kasar oleh Nyonya Seo. Tak Gu dan Mi Sun kaget. Presiden menyuruh istrinya untuk tidak teriak-teriak karena mereka sedang di tempat berkabung. Nyonya Seo menjelaskan kalau anak mereka sedang sakit, dan Ma Jun demam. Nyonya Seo seperti tidak percaya kalau suaminya tidak khawatir pada Ma Jun. Presiden lalu menyuruh Manager Han untuk mengurus dan menjaga Ma Jun dan bila perlu membawanya ke rumah sakit. Manager Han mengerti, lalu menggendong Ma Jun. Nyonya Seo menatap sinis pada Mi Sun dan Presiden dan menghina Tak Gu dengan kata-kata kotor. Presiden dan Mi Sun terkejut. Tak Gu melihat Mi Sun dan mencoba tersenyum, Mi Sun tersenyum untuk anaknya.




Ibu anak itu kemudian ngobrol di taman dan Mi Sun menanyakan tentang Ma Jun. Tak Gu menjelaskan kalau Ma Jun itu 3 bulan lebih muda darinya, jadi Ma Jun adalah dongsaengnya. Tak Gu berharap Ma Jun baik-baik saja karena Presiden sudah mengalami hari yang berat karena kepergian nenek, jika Ma Jun juga sakit, maka Presiden juga tambah khawatir. Mi Sun terharu senang mendengar perkataan Tak Gu, dia tidak mengira Tak Gu sangat baik hati. (Uri Tak Gu emang sangat baik hati) Tak Gu tersenyum, Mi Sun mengusap lembut kepala anaknya. Lalu menasehatinya," Kau harus terus hidup seperti itu (dengan kebaikan dan ketulusan hati), meskipun kau merasa keadaan menentangmu sekarang dan kau jadi down. Tunggu dan lihat saja. Dalam kehidupan ini, orang yang hidup dengan kebaikan dan kebenaran, maka dialah yang akan menang. Itulah kunci kehidupan. Mengerti?" Tak Gu mengangguk mengerti. Mi Sun bangkit dan beranjak pergi, Tak Gu merasa berat, dia lalu memanggil ibunya dan bertanya apakah dia bisa tinggal dengan ibunya lagi di Cheongsan. Mi Sun diam, Tak Gu mengerti bahwa hal itu tidak mungkin. Mi Sun pura-pura marah mendengar pertanyaan Tak Gu, "Berhenti mengatakan hal yang tidak mungkin dan cepat masuk ke dalam. Jika kau benar-benar ingin hidup denganku, setelah kau dewasa. ketika kau punya posisi yang bagus, lalu datang dan tinggallah denganku. Tidak sekarang, tapi ketika kau sudah tumbuh dewasa, ketika kau menjadi orang yang sukses. Sebelum itu terjadi, tidak akan ada kesempatan, jangan pernah bermimpi tentang hal itu! Mengerti? Mengerti?", pinta Mi Sun. Tak Gu menjawab mengerti dengan lesu, Mi Sun tidak puas dan meminta Tak Gu sungguh-sungguh. Tak Gu meminta ibunya hati-hati dan menjaga diri, Mi Sun pergi. Tak Gu hanya bisa memandangi punggung ibunya.




Nyonya Seo menitikkan air mata, Manager Han menghela nafas dan kembali menguatkan Nyonya Seo agar tidak menyerah karena dia adalah ibu Ma Jun, dan yang bisa diandalkan oleh Ma Jun, jadi dia harus kuat. Manager Han rela menjadi bayangan yang akan terus mengikuti dan juga melindungi mereka, dia lalu memeluk Nyonya Seo. Ma Jun ternyata tidak tidur, dia mendengarkan percakapan dua orang itu.



Esoknya, Presiden masuk ke kamar mendiang ibunya, memandangi pigura ibunya dan mengingat kata-kata ibunya pada Tak Gu untuk yang terakhir kali, Presiden berkaca-kaca, air matanya mengalir, lalu dia tersenyum, sudah memutuskan sesuatu. Nyonya Seo termenung mengingat kata-kata Manager Han tadi malam dan juga memutuskan bahwa dia tidak akan menyerah.


Nyonya Seo ingat gelangnya yang hilang, lalu dia pergi ke halaman depan rumah terlarang untuk mencari gelangnya itu. Ja Kyung yang jalan-jalan sambil baca buku melihat ibunya sedang mencari-cari sesuatu. Nyonya Seo sangat terkejut melihat Ja Kyung (dia sangat terkejut karena dia merasa bersalah, kalau orang yang salah kan juga jadi sering salah tingkah, lucu liat ekspresi Nyonya Seo pas ini). Nyonya Seo tanya apa yang dilakukan Ja Kyung di tempat itu. Ja Kyung bilang kalau dia sedang mencari udara segar. Ja Kyung tanya balik, apa yang dilakukan ibunya. Nyonya Seo mengutip jawaban Ja Kyung. Nyonya Seo salting dan memegang pergelangan tangannya, yang justru membuat Ja Kyung jadi tambah penasaran dengan rahasia dalam keluarganya itu. Nyonya Seo pergi, Ja Kyung memanggil ibunya ingin bertanya, tapi dia kemudian mengurungkan niatnya.



Di Cheongsan, Pak Shin (ayah Yu Kyung) sudah keluar dari penjara. Manager Han sudah menunggunya di luar. Dia ingin bicara dengan Pak Shin. Yu Kyung yang ingin menjemput ayahnya melihat ayahnya itu bicara dengan Manager Han. Manager Han memberikan amplop uang pada Pak Shin, dia menyuruh Pak Shin untuk mmencelakai Mi Sun. Yu Kyung mengikuti kedua orang itu dan menguping pembicaraan mereka.

Dengan tergesa-gesa Yu Kyung pergi ke kantor pos untuk mengirim telegram pada Tak Gu, memberitahu Tak Gu bahwa ibunya ada dalam bahaya. Petugas kantor pos kasian melihat Yu Kyung menyerahkan uang recehan yang dia punya, dan bilang kalau itu tidak cukup untuk mengirim telegram. Tapi akhirnya Yu Kyung bisa juga mengirim telegram untuk Tak Gu dengan hanya 7 kata " Ibumu krisis di Ulmokjae".



Ma Jun melihat bibi Gong yang menyerahkan telegram pada Tak Gu. Tak Gu terkejut membaca isinya, dia memberikan telegram itu pada Presiden, berharap Presiden bisa membantunya. Presiden mengingat nama Shin Yu Kyung dan dia adalah anak orang yang sudah memukul Tak Gu, tapi Tak Gu membela Yu Kyung bahwa Yu Kyung tidak seperti ayahnya, dia adalah gadis yang baik dan jujur.



Tak Gu ingin pergi dan melihat ibunya, tapi Presiden menyuruh Tak Gu untuk tidak khawatir karena Presiden yang akan mengurus semuanya. Tak Gu hanya perlu belajar. Tak Gu berkeras, Presiden mengatakan semua akan dia urus. Dan lagi, Presiden juga bilang kalau setelah masa berkabung selesai, dia akan memasukkan Tak gu secara resmi dalam keluarganya. Presiden: Kau tidak perlu lagi hidup sebagai Kim Tak Gu. Tak Gu jelas aja bingung,"Tetapi, meskipun begitu, aku masih tetap Kim Tak Gu. Kim Tak Gu tidak hidup sebagai Kim Tak Gu, jadi kehidupan macam apa sebenarnya?", tanya Tak Gu pada Presiden. Presiden menjawab,"Mulai sekarang, kau akan hidup sebagai anak laki-laki tertua di keluarga kita, Gu Hyung Jun. Kelak, namamu bukan lagi Kim Tak Gu, tapi Gu Hyung Jun. Jadi, mulai detik ini, lupakan semua hari-harimu sebagai Kim Tak Gu. Lupakan namamu dan juga...lupakan tentang ibumu. Kau harus melakukannya, ini adalah hal yang benar untuk dilakukan".


"Presiden!!", teriak Tak Gu kesal. Presiden menjelaskan kalau Tak Gu tidak boleh lagi memanggil Presiden, tapi Tak Gu harus memanggilnya "Ayah" karena Tak Gu adalah Gu Hyung Jun, anak laki-lakinya yang tertua. Tak Gu terdiam. Ma Jun menguping pembicaraan mereka berdua dari luar, dia tersenyum sinis mendengar kata-kata Presiden.



Di Cheongsan, ayah Man Hee pulang ke rumah dan manggil-manggil Mi Sun, Ibu Man Hee dan Mi Sun heran, ayah Man Hee menjelaskan kalau dia hanya diutus oleh Presiden untuk memastikan keadaan Mi Sun baik-baik saja, Ibu Man Hee tambah heran,"Presiden?" sedangkan Mi Sun tersipu malu mendengar presiden khawatir padanya. Ayah Man Hee lalu pamit untuk kembali ke pabrik karena ternyata Mi Sun baik-baik saja, tanpa mereka ketahui bahwa Pak Shin sedang memata-matai Mi Sun. Pak Shin ingat Manager Han yang memberinya uang modal membuka toko dan permintaannya untuk membunuh Mi Sun. Pak Shin sebenarnya tidak mau membunuh orang, tapi dia tergiur oleh uang lebih yang dijanjikan Manager Han.




Tak Gu berencana kabur, malam hari dia mengendap-endap menuruni tangga, tapi dia bingung bagaimana caranya kabur karena Manager Han sedang berjaga bersama sekuriti. Tiba-tiba, Ma Jun mengagetkannya dari belakang dan Tak Gu lebih kaget lagi karena Ma Jun akan membantunya kabur dan menemaninya ke Cheongsan. Kedua bocah itu mengendap-endap melewati pos keamanan dan berhasil ke luar dari rumah. Tak Gu berterima kasih pada Ma Jun yang sudah membantunya kabur, lalu dia menyuruh Ma Jun untuk segera kembali ke rumah karena jika Ma Jun juga kabur, Tak Gu takut presiden dan Nyonya Seo akan khawatir pada Ma Jun. Ma Jun tidak mau kembali ke rumah, karena dia akan mengikuti Tak Gu ke Cheongsan, lagipula sejak nenek meninggal, Ma Jun menganggap dia tidak lagi punya ayah dan ibu (kasiaan Ma Jun...).



Tak Gu terkejut mendengar kata-kata Ma Jun. Dia menyentuh dahi Ma Jun dan mengira Ma Jun sedang mengigau dengan mata terbuka (Tak Gu bener-bener polos). Ma Jun juga bilang kalau dia tidak akan pernah kembali ke rumah itu, jika memang Tak Gu tidak mau membawanya ke Cheongsan, Ma Jun akan nekat pergi sendirian entah ke mana. Tak Gu akhirnya mengiyakan permintaan Ma Jun, tapi dengan syarat, Ma Jun harus selalu bersamanya dan pulang kembali ke rumah. Jika mereka pergi bersama, maka mereka juga harus pulang bersama. Tak Gu mendesak Ma Jun untuk berjanji. Ma Jun tidak habis pikir, bagaimana Tak Gu bisa memikirkan segala cara untuk membawanya kembali ke rumah, padahal tanpa kehadirannya di rumah itu, akan membuat Tak Gu bisa menguasai ayah dan rumah mereka. Tak Gu menjawab pertanyaan Ma Jun dengan polosnya," Karena Presiden akan cemas. Dan, tahukah kau, hal apa yang paling sulit bagi seorang pria? yaitu melakukan sesuatu yang bisa membuat orang tua cemas. Apa kau mengerti?". Ma Jun terpana mendengar penjelasan Tak Gu. Akhirnya Tak Gu melangkah dan mengajak Ma Jun untuk segera pergi, tapi Ma Jun masih diam di tempat dan terus melihat Tak Gu. Tak Gu mengajak Ma Jun bergegas, Ma Jun sadar dan mengikuti Tak Gu. Kedua anak itu saling berpandangan dan Tak Gu tersenyum



Bibi Gong menemui Presiden dan menyerahkan memo yang ditinggalkan Tak Gu di kamarnya untuk ayahnya itu,"Maafkan aku. Aku harus pergi ke Cheongsan". Bibi Gong bilang dia menemukan memo itu ketika akan memberitahu Tak Gu makan malam, bibi Gong menambahkan kalau Ma Jun juga pergi dari rumah. Presiden terkejut, tiba-tiba terdengar teriakan Nyonya Seo memanggil bibi Gong. Presiden dan bibi Gong bergegas ke kamar dan mendapati brankas terbuka dan sudah amburadul. Nyonya Seo menjelaskan kalau perhiasan dan uangnya hilang, lalu dia menuduh Tak Gu yang sudah mencurinya. Nyonya Seo menyuruh bibi Gong untuk segera memanggil Tak Gu. Bibi Gong bingung bagaimana memanggilnya, dia mengatakan pada nyonyanya itu kalau Tak Gu dan Ma Jun kabur, ada kemungkinan mereka pergi bersama. Nyonya Seo kaget tidak percaya, lalu menyuruh bibi Gong untuk segera memanggil polisi. Presiden marah karena istrinya sudah menuduh Tak Gu macam-macam dan melarang manggil polisi karena masalah keluarga harus diselesaikan dalam keluarga. Nyonya Seo masih cemas akan keselamatan Ma Jun, Presiden memintanya untuk tenang karena dia yakin Tak Gu dan Ma Jun akan baik-baik saja. Dia juga akan menyuruh orang mencari anak-anak itu. Nyonya Seo memperingati suaminya," Jika terjadi sesuatu pada Ma Jun, aku tidak akan pernah memaafkan dia. Tidak peduli apakah itu Tak Gu atau wanita itu, aku yakinkan tidak akan membiarkan mereka begitu saja. Aku bersumpah akan membuat mereka membayar semuanya. Apa kau tahu?". Presiden menoleh sekilas pada Nyonya Seo lalu pergi ke ruang kerjanya dengan kesal. Presiden membaca lagi pesan telegram Yu Kyung.


Mi Sun sedang menjahit dan kelelahan, dia tersenyum melihat poto Tak Gu dan dirinya, lalu ingat sesuatu dan mengambil bungkusan yang dia sembunyikan di bawah meja. Bungkusan itu berisi cincin, stempel dan buku (entah buku apa, ga tau).


Flashback



Nenek mengunjungi Mi Sun di Cheongsan dan memberikan cincin garakkjinya pada Mi Sun. Mi Sun menolaknya, dia tidak bisa menerima pemberian nenek yang begitu berharga, nenek kekeuh minta Mi Sun untuk menerimanya sebab dia tidak semata-mata memberikan barang itu pada Mi Sun. Nenek bilang kalau hatinya akan lebih tenang jika Mi Sun yang memilikinya, dia merasa bersalah pada Mi Sun karena meskipun tauh hubungan Mi Sun dengan Il Jung, dia malah memilih In Sook sebagai istrinya Il Jung. Nenek sungguh menyesal. Mi Sun bilang kalau itu bukan salah nenek dan justru dia sangat berterima kasih pada nenek, ketika orang tuanya meninggal, neneklah yang merawat dan membiayai sekolahnya hingga dia punya sertifikat suster. Nenek tersenyum mendengar kata-kata Mi Sun. Nenek tetap memberikan cincinnya yang berharga untuk dimiliki Mi Sun sebagai ungkapan rasa bersalahnya, nenek juga berpesan pada Mi Sun untuk hidup bahagia, Mi Sun berkaca-kaca. Flashback end



Mi Sun akan menyimpan kembali bungkusan itu ketika dia mendengar suara ribut-ribut di dapur. Dia mengantongi bungkusannya dan pergi untuk memeriksa dapur. Pak Shin muncul, perlahan mendekati Mi Sun dari belakang dan tiba-tiba saja lampu mati, Mi Sun sangat kaget melihat Pak Shin, Lalu..... Tak Gu dan Ma Jun sudah sampai di Ulmokjae, tapi Ma Jun heran karena tak ada apapun di sana.



Tak Gu mengendus-endus dan dia bilang pada Ma Jun kalau malam itu akan turun hujan. Ma Jun tanya bagaimana Tak Gu bisa mengetahuinya. Tak Gu bilang kalau dia tahu dari mencium baunya saja, bau angin bercampur hujan.


Yu Kyung membuntuti ayahnya yang membekap dan membawa kabur ibu Tak Gu, dia sangat cemas. Yu Kyung berlari-lari mendekati Tak Gu, dia bingung bagaimana menjelaskan pada Tak Gu, lalu...




Pak Shin membawa Mi Sun ke suatu gubuk dan membuka penutup mulutnya. Mi Sun ketakutan dan memohon pada Pak Shin untuk melepaskannya, Mi Sun menangis. Anak-anak itu lari dengan cepat, menyusuri sungai, melewati bebatuan dan menyeberangi sungai. Manager Han di kantornya menunggu berita, teleponnya berdering. Presiden di ruang kerjanya juga merenung. Nyonya Seo terbangun dari tidurnya, dia bangkit dengan gelisah dan tiba-tiba dia menoleh... terdengar teriakan keras Mi Sun


Pak Shin mencoba ngapa-napain Mi Sun. Dan datanglah seorang laki-laki yang yang memiliki tato kincir angin di pergelangan tangan kirinya, dia memukul Pak Shin hingga pingsan. Mi Sun yang sangat ketakutan menanyakan siapa laki-laki itu dan memohon untuk menyelamatkannya.



Tiba-tiba, laki-laki misterius itu mengeluarkan pisau dari sakunya (backsoundnya pas banget ih... bikin tegang). Manager Han selesai menerima telepon. Presiden mengecek jamnya. Tak Gu berlari kencang sendirian dan berteriak keras : "Jangan, aku tidak bisa!! Jangan ibuku!! Aku tidak bisa hidup tanpa ibuku!! Jadi kumohon padamu!! Tolong lepaskan ibuku yang malang?!! Ibu... Ibu...". Akhirnya Tak Gu sampai di gubuk tempat ibunya disekap.

Readmore »»
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

sinopsis bread, love and dreams episode 5

Nyonya Seo mengejar Manager Han, mereka berdua shock melihat nenek di hadapan mereka. Nenek murka pada mereka berdua, Nyonya Seo yang takut rahasianya terbongkar memohon memelas pada nenek untuk mendengarkan penjelasannya, tapi nenek tidak mau tahu dan langsung keluar dari rumah itu.
Di bawah guyuran hujan, Nyonya Seo masih mencoba membujuk nenek, tapi nenek tetap tak bergeming, nenek mau melangkah pergi tapi Nyonya Seo menarik-narik tangan nenek agar tidak pergi.



Manager Han meminta Nyonya Seo untuk segera berhenti dan menarik tangan Nyonya Seo yang fatalnya menyebabkan nenek terhengkang jatuh ke belakang karena tidak seimbang dan kepalanya membentur tanah dengan keras. Akhirnya nenek jatuh tak sadarkan diri dalam hujan.




Nyonya Seo dan Manager Han tambah shock untuk sesaat mereka terpaku, Nyonya Seo memanggil-manggil nenek dan sangat ketakutan, dia masih mencoba membangunkan nenek, tapi tak berhasil. Manager Han yang berpikir cepat, menenangkan Nyonya Seo agar tidak panik.


Manager Han meminta Nyonya Seo untuk melupakan kejadian malam itu dan menganggapnya tidak pernah terjadi," Tak ada apapun, jangan lakukan apapun!! Kau tidak pernah ke sini malam ini. Kau tidak pernah melihatku. Kau tidak pernah melihatnya (nenek). Tidak terjadi apapun. Jadi, Jadi... kembali ke kamarmu sekarang. Jangan panik, anggap tidak pernah terjadi apapun dan tidurlah", perintah Manager Han. Nyonya Seo terkejut mendengar perkataan Manager Han, dia tidak habis pikir bagaimana bisa Manager Han mengatakan semua itu pada orang yang sudah merawatnya. Manager Han meyakinkan Nyonya Seo kalau dia melakukan semua itu untuk keselamatan Nyonya Seo dan Ma Jun, akhirnya Nyonya Seo mengerti dan mereka pelukan.



Manager Han mengendap-endap masuk ke dalam rumah untuk memastikan keadaan aman, setelah yakin semua penghuni rumah sudah tidur, dia mengantar Nyonya Seo ke kamar. Di kamarnya, Nyonya Seo masih belum percaya apa yang terjadi. (kayaknya dia benar-benar merasa sedih dan nyesel deh). Manager Han membersihkan barang bukti, baca: mengepel lantai yang basah. Manager Han melihat pintu kamar nenek terbuka dan lampunya menyala, lalu dia mematikan lampu dan menutup pintu kamar nenek. Setelah itu dia kembali ke rumah terlarang untuk memastikan dia tidak meninggalkan jejak apapun di rumah itu.



Di luar rumah Manager Han belutut di hadapan nenek yang masih pingsan, "Maafkan aku, karena membuatmu mati dengan cara seperti ini, kesalahan ini, akan aku bayar di neraka", kata Manager Han (tidak tampak penyesalan dalam raut muka dan kata-katanya). Lalu dia dengan sangat teganya meninggalkan tubuh nenek begitu saja, tanpa dia sadari bahwa mereka sudah meninggalkan barang bukti yang begitu penting, gelang Nyonya Seo yang jatuh di dekat tangan nenek.



Presiden yang masih merenung di ruang kerjanya heran, ada yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya tapi tak ada jawaban ketika dia bertanya. Presiden keluar untuk melihat dan tidak ada siapapun di sana, dia melihat pintu kamar ibunya yang terbuka dan mengeceknya, ternyata kamar itu kosong (merasa ada yang aneh?). Presiden lalu mencari nenek ke semua penjuru, tapi tak ketemu juga, sampai di rumah terlarang, dia sangat shock mendapati ibunya tergeletak pingsan di tengah hujan. Presiden mencoba untuk menyadarkan nenek tapi nenek tidak juga bangun.



Paginya, Tak Gu dan ibunya buru-buru ke rumah sakit, sampai di rumah sakit, mereka melihat semua keluarga dan Manager Han berkumpul di depan ruang perawatan nenek. Mi Sun terhenti, Presiden menoleh ke arah mereka. Tak Gu dan ibunya memberi hormat, Mi Sun menyuruh Tak Gu untuk pergi sendiri. "Bagaimana denganmu bu? kau tidak ikut denganku?", tanya Tak Gu. Mi Sun menjelaskan pada anaknya bahwa itu bukan tempatnya dan dia tidak berhak, Tak Gu mengerti dan dengan perlahan berjalan mendekati ayah dan keluarga tirinya.



Semua melihat ke arah Tak Gu, Tak Gu memberi salam, tak ada yang respon (poor Tak Gu…). Nyonya Seo mencoba menutupi pergelangan tangannya yang merah terluka. Dokter keluar dari ruang perawatan dan Presiden bergegas menanyakan kondisi ibunya.




Dokter menjelaskan kalau luka dalam yang dialami nenek sangat parah, ditambah lagi usianya yang sudah tua dan terlalu lama kehujanan. Dokter meminta presiden dan keluarga untuk bersiap menerima kenyataan terburuk. Presiden sangat sedih dan terpukul, Nyonya Seo hanya diam. Presiden masuk ke ruang perawatan nenek dan memegang lembut tangan nenek, Presiden memanggil-manggil ibunya, mencoba menyadarkan nenek dari ketidaksadarannya.



Presiden menangis dan terus bicara pada ibunya yang terbaring,"Kau tidak bisa pergi begitu saja,jika kau pergi tanpa melihatku, apa yang harus anakmu ini lakukan? Jika kau tidak bicara, aku mohon bukalah matamu ibu..meskipun hanya sekali, tolong lihatlah aku ibu... meskipun hanya sekali ibu....ibu...". Akhirnya, nenek menunjukkan reaksi, tangannya bergerak, Presiden kaget dan senang ibunya sudah bangun. Di luar ruangan, Manager Han dan Nyonya Seo kaget mendengar bahwa nenek sudah sadar, mata mereka bertatapan, merasa tidak aman. Nenek membuka matanya pelan-pelan dan mencoba melihat orang-orang yang ada di ruangan itu satu per satu, ketika pandangannya sampai ke Ma Jun, Ma Jun berpaling, tidak berani melihat mata nenek. Ja Kyung yang melihat reaksi Ma Jun merasa ada yang ganjil dengan adiknya itu. Nenek menatap Tak Gu lama. Tangan nenek menggapai-gapai ingin menyentuh Tak Gu, cucu kandung laki-lakinya, nenek berkata dengan susah payah dan nafas tersengal-sengal,"cucuku...cucuku...". Akhirnya tangan nenek terkulai dan nafasnya berhenti, nenek meninggal!.



Presiden menangis keras, memanggil ibunya dan memeluk jenazah nenek. Nyonya Seo dan Manager Han yang ada di luar terkejut mendengar teriakan Presiden. Nyonya Seo masih panik dan takut, dia berjalan dan hampir limbung, Manager Han memegang tangannya tapi langsung ditepis sama Nyonya Seo. Ma Jun menoleh sebentar pada ibunya. Sampai di lantai bawah, Nyonya Seo mendekati Mi Sun dan tersenyum sinis,"Akhirnya, takdir berpihak padaku, mengerti?". Perasaan Mi Sun campur aduk, dia lalu melihat ke arah ruangan nenek.



Saat upacara kematian nenek, semua keluarga menunjukkan muka sedih. Ma Jun keluar dari rumah dan mendengar pelayan bergosip tentang kejadian aneh di malam sebelum nenek meninggal. Ma Jun lalu melihat Manager Han dan ibunya, dia mengingat.

Flashback



Ketika Manager Han menenangkan Nyonya Seo yang ketakutan karena nenek jatuh, Ma Jun mendengar semua percakapan mereka. Dia bersembunyi di balik pohon.



Ma Jun menggigil antara kedinginan dan shock. Setelah Manager Han dan Nyonya Seo pergi, Ma Jun mendekati tubuh nenek dan memungut gelang milik ibunya yang terjatuh. Nenek akhirnya sadar, dia mengerang kesakitan, tapi tidak sanggup untuk bangun, Ma Jun kaget dan mau kabur, tapi dia berubah pikiran, lalu mendekati nenek, "Kau pikir kau bisa bangun? Nenek? apa kau bisa bangun? Aku akan membantumu, tapi kau harus berjanji padaku. Tolong maafkan ibuku. Ibuku sudah melakukan kesalahan, tolong maafkan dia. Maafkan semuanya. Jadi, aku akan menolongmu. Aku akan menyelamatkan hidupmu. kau harus menepati janji, mengerti? ya?", ungkap Ma Jun. Nenek hanya melihat Ma Jun lemah dan tidak bisa menjawab apa-apa.




Ma Jun mengantongi gelang ibunya dan bangkit untuk menolong nenek, tapi dia tidak bisa menggeser tubuh nenek sedikitpun karena nenek berat. Ma Jun berusaha keras, dia tidak berhasil. Lalu Ma Jun lari ke dalam rumah, membuka lebar-lebar pintu kamar nenek dan menghidupkan lampunya. Kemudian, menggedor-gedor pintu ruangan kerja Presiden. Presiden bertanya dari dalam, "Siapa itu? Aku tanya siapa itu?". Ma Jun tidak siap terlihat ayahnya, dia lari sembunyi. Presiden keluar dan tidak melihat seorangpun di luar. Presiden memanggil-manggil ibunya, tapi tidak ada jawaban.



Ma Jun yang duduk sembunyi di tangga, ketakutan dan melihat lagi gelang ibunya. Ja Kyung yang mungkin memang belum tidur, heran melihat adiknya basah kuyup dan dia sekilas melihat gelang itu. Dia menegur Ma Jun, Ma Jun kaget dan langsung menyembunyikan gelang ibunya, lalu lari tanpa menghiraukan Ja Kyung. Ja Kyung mendengar ayahnya teriak-teriak mencari nenek, Ja Kyung menoleh ke bawah dan presiden tanya apakah nenek sedang di atas. Ja Kyung menggeleng dan bilang bahwa nenek tidak ada. Presiden menyuruh Ja Kyung untuk melihat di kamar mandi dan balkon, Ja Kyung berpikir. Bibi Gong datang dan bersama presiden mencari nenek lagi.Flashback end




Kembali ke upacara kematian nenek. Ja Kyung ternyata menyusul Ma Jun keluar dan menginterogasi adiknya itu, "Apa yang terjadi? Malam itu, kau bersama nenek, benar kan? iya kan?", tanya Ja Kyung. Ma Jun diam saja, Ja Kyung tahu adiknya itu tahu sesuatu dan dia menyimpan rahasia, Ja Kyung terus mendesak Ma Jun untuk jujur padanya. Ma Jun kesal terus dipojokkan, akhirnya dia balik tanya dengan ketus," Lalu kenapa? Apa kau penasaran? Apa yang ingin kau tahu?". Ja Kyung kaget dengan reaksi adiknya. Ma Jun terus ngelantur, Ja Kyung menyadarkan Ma Jun. Ma Jun terdiam dan menatap Ja Kyung lama, Ja Kyung khawatir melihat adiknya. Ma Jun lalu pergi meninggalkan Ja Kyung.



Tak Gu mendengar Ma Jun batuk-batuk, dia mendekati Ma Jun dan menepuk-nepuk punggungnya dan bertanya khawatir. Tapi Ma Jun langsung menepis tangan Tak Gu dan mengusirnya. Tak Gu tidak pergi dan mengira Ma Jun sangat sedih dan merasa kehilangan karena nenek meninggal, padahal selama ini Tak Gu kira Ma Jun itu tidak dekat dengan nenek. Tak Gu menasehati Ma Jun untuk berhenti menangis. karena nenek tidak akan pergi dengan tenang jika Ma Jun terus menangis. (Tak Gu ini bener-bener polos, hatinya putih, atau justru naif ?) Tak Gu menepuk-nepuk punggung Ma Jun lagi, Ma Jun kesal dan langsung berdiri, dia berteriak kesal pada Tak Gu yang sok tahhu," Bagaimana orang sepertimu bisa mengerti? Jangan bertingkah seperti kau tahu segalanya!! Kau pikir siapa kau?! Siapa kau?!" . "Apa maksudmu? Kau berpikir siapa aku? Aku adalah hyung-mu (kakak). Tanggung jawab seorang hyung adalah untuk menjaga adiknya ketika adiknya kesusahan, mengerti?", jawab Tak Gu perhatian. Ma Jun berkaca-kaca mendengar kata-kata Tak Gu, hatinya tersentuh oleh ketulusan Tak Gu, tapi saat itu Ma Jun sedang labil. Tak Gu meyakinkan Ma Jun bahwa dia adalah hyung-nya, meskipun mereka berbeda ibu, tapi mereka satu ayah, jadi mereka sedarah. Ma Jun jadi kesal lagi karena Tak Gu menyinggung-yinggung bahwa mereka sedarah, padahal dia sudah mengetahui kenyataan yang tidak pernah dia harapkan dan bayangkan bahwa orang yang selama ini dipanggilnya ayah selama 12 tahun, ternyata bukan ayah kandungnya.



Ma Jun menumpahkan semua kekesalannya pada Tak Gu, dia memukul-mukul dada Tak Gu. Ma Jun sudah tidak tahan, air matanya mengalir, dia menangis sedih, lalu kembali duduk dan menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan gundah hatinya. Ja Kyung melihat kedua adiknya itu dari kejauhan, dia khawatir pada kondisi (psikis) Ma Jun.




Mi Sun datang untuk memberikan penghormatan terakhir pada nenek, tapi dia tidak berani masuk dan hanya melihat poto nenek dari jauh. Mi Sun melangkah pergi, tapi dia terhenti ketika bertemu Ja Kyung. Ja Kyung melengos, Mi Sun mendekati Ja Kyung dan menanyakan keadaan Tak Gu. Mi Sun bilang kalau sebenarnya dia sudah ingin datang ketika nenek meninggal, meskipun dia tahu dia tidak seharusnya datang. Mi Sun akan bicara lagi ketika Ja Kyung dengan ketus memotong kata-katanya dan menyuruh Mi Sun untuk tidak lagi datang ke rumah karena keberadaannya dan Tak Gu membuat keluarganya merasa tidak nyaman. Lagipula, nenek sudah meninggal dan tidak akan ada lagi orang yang berpihak pada Mi Sun. Mi Sun terkejut mendengar kata-kata Ja Kyung. Ja Kyung berjalan pergi dan terhenti kaget melihat ayahnya ada di luar dan mendengar perkataannya pada Mi Sun. Mi Sun menoleh juga ke arah presiden dan memberi hormat, Presiden menghela nafas.



Mi Sun masuk ke dalam dan memberikan penghormatan di depan pigura nenek. Mi Sun menangis terisak-isak, kehilangan orang yang dihormati dan disayanginya. Nyonya Seo dan Duo Ja (Ja Kyung dan Ja Rim) muak mendengar tangisan Mi Sun. Dua adik kakak itu akhirnya pergi. Nyonya Seo melihat ke arah suaminya dengan sinis, tiba-tiba Tak Gu datang dengan menggendong Ma Jun yang pingsan.



Nyonya Seo dan Manager Han terkejut, Nyonya Seo sangat khawatir pada Ma Jun, Tak Gu menjelaskan kalau Ma Jun sedang sakit, dan badannya panas. Nyonya Seo membentak Tak Gu dan mengira Ma Jun sakit gara-gara Tak Gu. Tak Gu menyangkalnya, dia juga khawatir pada Ma Jun, lalu Tak Gu mencoba memegang dahi Ma Jun, tapi langsung ditepis dengan kasar oleh Nyonya Seo. Tak Gu dan Mi Sun kaget. Presiden menyuruh istrinya untuk tidak teriak-teriak karena mereka sedang di tempat berkabung. Nyonya Seo menjelaskan kalau anak mereka sedang sakit, dan Ma Jun demam. Nyonya Seo seperti tidak percaya kalau suaminya tidak khawatir pada Ma Jun. Presiden lalu menyuruh Manager Han untuk mengurus dan menjaga Ma Jun dan bila perlu membawanya ke rumah sakit. Manager Han mengerti, lalu menggendong Ma Jun. Nyonya Seo menatap sinis pada Mi Sun dan Presiden dan menghina Tak Gu dengan kata-kata kotor. Presiden dan Mi Sun terkejut. Tak Gu melihat Mi Sun dan mencoba tersenyum, Mi Sun tersenyum untuk anaknya.




Ibu anak itu kemudian ngobrol di taman dan Mi Sun menanyakan tentang Ma Jun. Tak Gu menjelaskan kalau Ma Jun itu 3 bulan lebih muda darinya, jadi Ma Jun adalah dongsaengnya. Tak Gu berharap Ma Jun baik-baik saja karena Presiden sudah mengalami hari yang berat karena kepergian nenek, jika Ma Jun juga sakit, maka Presiden juga tambah khawatir. Mi Sun terharu senang mendengar perkataan Tak Gu, dia tidak mengira Tak Gu sangat baik hati. (Uri Tak Gu emang sangat baik hati) Tak Gu tersenyum, Mi Sun mengusap lembut kepala anaknya. Lalu menasehatinya," Kau harus terus hidup seperti itu (dengan kebaikan dan ketulusan hati), meskipun kau merasa keadaan menentangmu sekarang dan kau jadi down. Tunggu dan lihat saja. Dalam kehidupan ini, orang yang hidup dengan kebaikan dan kebenaran, maka dialah yang akan menang. Itulah kunci kehidupan. Mengerti?" Tak Gu mengangguk mengerti. Mi Sun bangkit dan beranjak pergi, Tak Gu merasa berat, dia lalu memanggil ibunya dan bertanya apakah dia bisa tinggal dengan ibunya lagi di Cheongsan. Mi Sun diam, Tak Gu mengerti bahwa hal itu tidak mungkin. Mi Sun pura-pura marah mendengar pertanyaan Tak Gu, "Berhenti mengatakan hal yang tidak mungkin dan cepat masuk ke dalam. Jika kau benar-benar ingin hidup denganku, setelah kau dewasa. ketika kau punya posisi yang bagus, lalu datang dan tinggallah denganku. Tidak sekarang, tapi ketika kau sudah tumbuh dewasa, ketika kau menjadi orang yang sukses. Sebelum itu terjadi, tidak akan ada kesempatan, jangan pernah bermimpi tentang hal itu! Mengerti? Mengerti?", pinta Mi Sun. Tak Gu menjawab mengerti dengan lesu, Mi Sun tidak puas dan meminta Tak Gu sungguh-sungguh. Tak Gu meminta ibunya hati-hati dan menjaga diri, Mi Sun pergi. Tak Gu hanya bisa memandangi punggung ibunya.




Nyonya Seo menitikkan air mata, Manager Han menghela nafas dan kembali menguatkan Nyonya Seo agar tidak menyerah karena dia adalah ibu Ma Jun, dan yang bisa diandalkan oleh Ma Jun, jadi dia harus kuat. Manager Han rela menjadi bayangan yang akan terus mengikuti dan juga melindungi mereka, dia lalu memeluk Nyonya Seo. Ma Jun ternyata tidak tidur, dia mendengarkan percakapan dua orang itu.



Esoknya, Presiden masuk ke kamar mendiang ibunya, memandangi pigura ibunya dan mengingat kata-kata ibunya pada Tak Gu untuk yang terakhir kali, Presiden berkaca-kaca, air matanya mengalir, lalu dia tersenyum, sudah memutuskan sesuatu. Nyonya Seo termenung mengingat kata-kata Manager Han tadi malam dan juga memutuskan bahwa dia tidak akan menyerah.


Nyonya Seo ingat gelangnya yang hilang, lalu dia pergi ke halaman depan rumah terlarang untuk mencari gelangnya itu. Ja Kyung yang jalan-jalan sambil baca buku melihat ibunya sedang mencari-cari sesuatu. Nyonya Seo sangat terkejut melihat Ja Kyung (dia sangat terkejut karena dia merasa bersalah, kalau orang yang salah kan juga jadi sering salah tingkah, lucu liat ekspresi Nyonya Seo pas ini). Nyonya Seo tanya apa yang dilakukan Ja Kyung di tempat itu. Ja Kyung bilang kalau dia sedang mencari udara segar. Ja Kyung tanya balik, apa yang dilakukan ibunya. Nyonya Seo mengutip jawaban Ja Kyung. Nyonya Seo salting dan memegang pergelangan tangannya, yang justru membuat Ja Kyung jadi tambah penasaran dengan rahasia dalam keluarganya itu. Nyonya Seo pergi, Ja Kyung memanggil ibunya ingin bertanya, tapi dia kemudian mengurungkan niatnya.



Di Cheongsan, Pak Shin (ayah Yu Kyung) sudah keluar dari penjara. Manager Han sudah menunggunya di luar. Dia ingin bicara dengan Pak Shin. Yu Kyung yang ingin menjemput ayahnya melihat ayahnya itu bicara dengan Manager Han. Manager Han memberikan amplop uang pada Pak Shin, dia menyuruh Pak Shin untuk mmencelakai Mi Sun. Yu Kyung mengikuti kedua orang itu dan menguping pembicaraan mereka.

Dengan tergesa-gesa Yu Kyung pergi ke kantor pos untuk mengirim telegram pada Tak Gu, memberitahu Tak Gu bahwa ibunya ada dalam bahaya. Petugas kantor pos kasian melihat Yu Kyung menyerahkan uang recehan yang dia punya, dan bilang kalau itu tidak cukup untuk mengirim telegram. Tapi akhirnya Yu Kyung bisa juga mengirim telegram untuk Tak Gu dengan hanya 7 kata " Ibumu krisis di Ulmokjae".



Ma Jun melihat bibi Gong yang menyerahkan telegram pada Tak Gu. Tak Gu terkejut membaca isinya, dia memberikan telegram itu pada Presiden, berharap Presiden bisa membantunya. Presiden mengingat nama Shin Yu Kyung dan dia adalah anak orang yang sudah memukul Tak Gu, tapi Tak Gu membela Yu Kyung bahwa Yu Kyung tidak seperti ayahnya, dia adalah gadis yang baik dan jujur.



Tak Gu ingin pergi dan melihat ibunya, tapi Presiden menyuruh Tak Gu untuk tidak khawatir karena Presiden yang akan mengurus semuanya. Tak Gu hanya perlu belajar. Tak Gu berkeras, Presiden mengatakan semua akan dia urus. Dan lagi, Presiden juga bilang kalau setelah masa berkabung selesai, dia akan memasukkan Tak gu secara resmi dalam keluarganya. Presiden: Kau tidak perlu lagi hidup sebagai Kim Tak Gu. Tak Gu jelas aja bingung,"Tetapi, meskipun begitu, aku masih tetap Kim Tak Gu. Kim Tak Gu tidak hidup sebagai Kim Tak Gu, jadi kehidupan macam apa sebenarnya?", tanya Tak Gu pada Presiden. Presiden menjawab,"Mulai sekarang, kau akan hidup sebagai anak laki-laki tertua di keluarga kita, Gu Hyung Jun. Kelak, namamu bukan lagi Kim Tak Gu, tapi Gu Hyung Jun. Jadi, mulai detik ini, lupakan semua hari-harimu sebagai Kim Tak Gu. Lupakan namamu dan juga...lupakan tentang ibumu. Kau harus melakukannya, ini adalah hal yang benar untuk dilakukan".


"Presiden!!", teriak Tak Gu kesal. Presiden menjelaskan kalau Tak Gu tidak boleh lagi memanggil Presiden, tapi Tak Gu harus memanggilnya "Ayah" karena Tak Gu adalah Gu Hyung Jun, anak laki-lakinya yang tertua. Tak Gu terdiam. Ma Jun menguping pembicaraan mereka berdua dari luar, dia tersenyum sinis mendengar kata-kata Presiden.



Di Cheongsan, ayah Man Hee pulang ke rumah dan manggil-manggil Mi Sun, Ibu Man Hee dan Mi Sun heran, ayah Man Hee menjelaskan kalau dia hanya diutus oleh Presiden untuk memastikan keadaan Mi Sun baik-baik saja, Ibu Man Hee tambah heran,"Presiden?" sedangkan Mi Sun tersipu malu mendengar presiden khawatir padanya. Ayah Man Hee lalu pamit untuk kembali ke pabrik karena ternyata Mi Sun baik-baik saja, tanpa mereka ketahui bahwa Pak Shin sedang memata-matai Mi Sun. Pak Shin ingat Manager Han yang memberinya uang modal membuka toko dan permintaannya untuk membunuh Mi Sun. Pak Shin sebenarnya tidak mau membunuh orang, tapi dia tergiur oleh uang lebih yang dijanjikan Manager Han.




Tak Gu berencana kabur, malam hari dia mengendap-endap menuruni tangga, tapi dia bingung bagaimana caranya kabur karena Manager Han sedang berjaga bersama sekuriti. Tiba-tiba, Ma Jun mengagetkannya dari belakang dan Tak Gu lebih kaget lagi karena Ma Jun akan membantunya kabur dan menemaninya ke Cheongsan. Kedua bocah itu mengendap-endap melewati pos keamanan dan berhasil ke luar dari rumah. Tak Gu berterima kasih pada Ma Jun yang sudah membantunya kabur, lalu dia menyuruh Ma Jun untuk segera kembali ke rumah karena jika Ma Jun juga kabur, Tak Gu takut presiden dan Nyonya Seo akan khawatir pada Ma Jun. Ma Jun tidak mau kembali ke rumah, karena dia akan mengikuti Tak Gu ke Cheongsan, lagipula sejak nenek meninggal, Ma Jun menganggap dia tidak lagi punya ayah dan ibu (kasiaan Ma Jun...).



Tak Gu terkejut mendengar kata-kata Ma Jun. Dia menyentuh dahi Ma Jun dan mengira Ma Jun sedang mengigau dengan mata terbuka (Tak Gu bener-bener polos). Ma Jun juga bilang kalau dia tidak akan pernah kembali ke rumah itu, jika memang Tak Gu tidak mau membawanya ke Cheongsan, Ma Jun akan nekat pergi sendirian entah ke mana. Tak Gu akhirnya mengiyakan permintaan Ma Jun, tapi dengan syarat, Ma Jun harus selalu bersamanya dan pulang kembali ke rumah. Jika mereka pergi bersama, maka mereka juga harus pulang bersama. Tak Gu mendesak Ma Jun untuk berjanji. Ma Jun tidak habis pikir, bagaimana Tak Gu bisa memikirkan segala cara untuk membawanya kembali ke rumah, padahal tanpa kehadirannya di rumah itu, akan membuat Tak Gu bisa menguasai ayah dan rumah mereka. Tak Gu menjawab pertanyaan Ma Jun dengan polosnya," Karena Presiden akan cemas. Dan, tahukah kau, hal apa yang paling sulit bagi seorang pria? yaitu melakukan sesuatu yang bisa membuat orang tua cemas. Apa kau mengerti?". Ma Jun terpana mendengar penjelasan Tak Gu. Akhirnya Tak Gu melangkah dan mengajak Ma Jun untuk segera pergi, tapi Ma Jun masih diam di tempat dan terus melihat Tak Gu. Tak Gu mengajak Ma Jun bergegas, Ma Jun sadar dan mengikuti Tak Gu. Kedua anak itu saling berpandangan dan Tak Gu tersenyum



Bibi Gong menemui Presiden dan menyerahkan memo yang ditinggalkan Tak Gu di kamarnya untuk ayahnya itu,"Maafkan aku. Aku harus pergi ke Cheongsan". Bibi Gong bilang dia menemukan memo itu ketika akan memberitahu Tak Gu makan malam, bibi Gong menambahkan kalau Ma Jun juga pergi dari rumah. Presiden terkejut, tiba-tiba terdengar teriakan Nyonya Seo memanggil bibi Gong. Presiden dan bibi Gong bergegas ke kamar dan mendapati brankas terbuka dan sudah amburadul. Nyonya Seo menjelaskan kalau perhiasan dan uangnya hilang, lalu dia menuduh Tak Gu yang sudah mencurinya. Nyonya Seo menyuruh bibi Gong untuk segera memanggil Tak Gu. Bibi Gong bingung bagaimana memanggilnya, dia mengatakan pada nyonyanya itu kalau Tak Gu dan Ma Jun kabur, ada kemungkinan mereka pergi bersama. Nyonya Seo kaget tidak percaya, lalu menyuruh bibi Gong untuk segera memanggil polisi. Presiden marah karena istrinya sudah menuduh Tak Gu macam-macam dan melarang manggil polisi karena masalah keluarga harus diselesaikan dalam keluarga. Nyonya Seo masih cemas akan keselamatan Ma Jun, Presiden memintanya untuk tenang karena dia yakin Tak Gu dan Ma Jun akan baik-baik saja. Dia juga akan menyuruh orang mencari anak-anak itu. Nyonya Seo memperingati suaminya," Jika terjadi sesuatu pada Ma Jun, aku tidak akan pernah memaafkan dia. Tidak peduli apakah itu Tak Gu atau wanita itu, aku yakinkan tidak akan membiarkan mereka begitu saja. Aku bersumpah akan membuat mereka membayar semuanya. Apa kau tahu?". Presiden menoleh sekilas pada Nyonya Seo lalu pergi ke ruang kerjanya dengan kesal. Presiden membaca lagi pesan telegram Yu Kyung.


Mi Sun sedang menjahit dan kelelahan, dia tersenyum melihat poto Tak Gu dan dirinya, lalu ingat sesuatu dan mengambil bungkusan yang dia sembunyikan di bawah meja. Bungkusan itu berisi cincin, stempel dan buku (entah buku apa, ga tau).


Flashback



Nenek mengunjungi Mi Sun di Cheongsan dan memberikan cincin garakkjinya pada Mi Sun. Mi Sun menolaknya, dia tidak bisa menerima pemberian nenek yang begitu berharga, nenek kekeuh minta Mi Sun untuk menerimanya sebab dia tidak semata-mata memberikan barang itu pada Mi Sun. Nenek bilang kalau hatinya akan lebih tenang jika Mi Sun yang memilikinya, dia merasa bersalah pada Mi Sun karena meskipun tauh hubungan Mi Sun dengan Il Jung, dia malah memilih In Sook sebagai istrinya Il Jung. Nenek sungguh menyesal. Mi Sun bilang kalau itu bukan salah nenek dan justru dia sangat berterima kasih pada nenek, ketika orang tuanya meninggal, neneklah yang merawat dan membiayai sekolahnya hingga dia punya sertifikat suster. Nenek tersenyum mendengar kata-kata Mi Sun. Nenek tetap memberikan cincinnya yang berharga untuk dimiliki Mi Sun sebagai ungkapan rasa bersalahnya, nenek juga berpesan pada Mi Sun untuk hidup bahagia, Mi Sun berkaca-kaca. Flashback end



Mi Sun akan menyimpan kembali bungkusan itu ketika dia mendengar suara ribut-ribut di dapur. Dia mengantongi bungkusannya dan pergi untuk memeriksa dapur. Pak Shin muncul, perlahan mendekati Mi Sun dari belakang dan tiba-tiba saja lampu mati, Mi Sun sangat kaget melihat Pak Shin, Lalu..... Tak Gu dan Ma Jun sudah sampai di Ulmokjae, tapi Ma Jun heran karena tak ada apapun di sana.



Tak Gu mengendus-endus dan dia bilang pada Ma Jun kalau malam itu akan turun hujan. Ma Jun tanya bagaimana Tak Gu bisa mengetahuinya. Tak Gu bilang kalau dia tahu dari mencium baunya saja, bau angin bercampur hujan.


Yu Kyung membuntuti ayahnya yang membekap dan membawa kabur ibu Tak Gu, dia sangat cemas. Yu Kyung berlari-lari mendekati Tak Gu, dia bingung bagaimana menjelaskan pada Tak Gu, lalu...




Pak Shin membawa Mi Sun ke suatu gubuk dan membuka penutup mulutnya. Mi Sun ketakutan dan memohon pada Pak Shin untuk melepaskannya, Mi Sun menangis. Anak-anak itu lari dengan cepat, menyusuri sungai, melewati bebatuan dan menyeberangi sungai. Manager Han di kantornya menunggu berita, teleponnya berdering. Presiden di ruang kerjanya juga merenung. Nyonya Seo terbangun dari tidurnya, dia bangkit dengan gelisah dan tiba-tiba dia menoleh... terdengar teriakan keras Mi Sun


Pak Shin mencoba ngapa-napain Mi Sun. Dan datanglah seorang laki-laki yang yang memiliki tato kincir angin di pergelangan tangan kirinya, dia memukul Pak Shin hingga pingsan. Mi Sun yang sangat ketakutan menanyakan siapa laki-laki itu dan memohon untuk menyelamatkannya.



Tiba-tiba, laki-laki misterius itu mengeluarkan pisau dari sakunya (backsoundnya pas banget ih... bikin tegang). Manager Han selesai menerima telepon. Presiden mengecek jamnya. Tak Gu berlari kencang sendirian dan berteriak keras : "Jangan, aku tidak bisa!! Jangan ibuku!! Aku tidak bisa hidup tanpa ibuku!! Jadi kumohon padamu!! Tolong lepaskan ibuku yang malang?!! Ibu... Ibu...". Akhirnya Tak Gu sampai di gubuk tempat ibunya disekap.

Readmore »»
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS